Mohon tunggu...
Rahmat Andriansyah
Rahmat Andriansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat kopi, buku, dan rintik hujan dalam pelukan seseorang

Thinker

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menerapkan SMART Goals untuk Belajar Keterampilan Baru pada New Normal Ramadhan

15 April 2021   23:53 Diperbarui: 16 April 2021   00:25 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Oleh: Artur Szczybylo | Dreamstime 

Tidak terasa sudah hari ketiga kita berpuasa. Saat ini semua orang berlomba untuk berbuat kebaikan. Memang tidak salah, Ramadhan sering dijadikan momentum seseorang untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih baik. Baik kebaikan yang berdampak pada diri sendiri, maupun pada lingkungan sekitar.

Berbagai target telah ditetapkan oleh banyak orang supaya Ramadhan-nya semakin berarti. Mulai dari hal sederhana, seperti lebih sering berkomunikasi dengan keluarga; sampai target yang lebih besar, seperti membangun usaha baru. Semuanya sah-sah saja diwujudkan di bulan yang penuh berkah ini. Karena apapun itu merupakan bentuk usaha untuk menjadi lebih baik.

Ramadhan telah menyediakan banyak waktu untuk belajar.Tidak hanya belajar tentang ilmu keagamaan, namun juga mempelajari ilmu pengetahuan serta keterampilan sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Apapun itu, selama yang dilakukan bersifat kebaikan, tidak ada yang salah dengannya.

Saya telah melakukan penelusuran sederhana di media sosial. Hasilnya menunjukkan ada beberapa target yang umum di bulan Ramadhan, antara lain:

  • Membaca dan mengkaji Al-Quran
    Kesibukan sehari-hari seringkali membuat kita tidak sempat untuk (setidaknya) membaca Al-Quran. Waktu seakan-akan terbatas dan habis hanya untuk melaksanakan rutinitas harian. Keinginan mengkaji Al-Quran tetap ada, dan dikompensasikan di bulan ini.
  • Berbagi takjil
    Terdapat keutamaan untuk memberi makanan kepada orang yang berpuasa. Pahala yang didapat setara dengan pahala puasa, tanpa mengurangi pahala puasa orang tersebut. Hal ini yang membuat banyak orang berlomba menyediakan makanan (khususnya makanan pembuka puasa), bahkan untuk diberikan kepada yang tidak dikenalnya sekalipun.
  • Memberikan santunan bagi yang berhak
    Konsep berbagi tidak hanya dilakukan kepada orang yang berpuasa. Banyak pihak yang layak dibantu ikut pula menikmati berkah dari sedekah yang dibagikan. Bersedekah dilakukan oleh banyak orang di bulan baik ini. Janji melipatgandakan pahala saat Ramadhan, sangat menarik minat untuk memperbanyak sedekah.
  • Mencoba resep baru
    Biasanya, banyak resep masakan baru bermunculan saat Ramdhan. Baik berupa resep makanan dan minuman pembuka, hidangan utama, ataupun makanan ringan. Resep ini seringkali ditampilkan sebagai mudah untuk diikuti, dan disertai gambar-gambar yang menggugah selera, apalagi bagi orang yang berpuasa.
  • Re-dekorasi rumah
    Target ini muncul karena, biasanya setelah Ramadhan, terdapat momen berkumpulnya keluarga besar di satu tempat. Hal ini menjadikan tuan rumah akan menyiapkan tempatnya sebaik mungkin. Namun belakangan, walaupun tidak menjadi tuan rumah, dekorasi rumah tetap dilakukan sebagai pemenuhan kepuasan diri.

Namun mewujudkan rencana tersebut bukanlah hal yang mudah. Seringkali target Ramadhan meleset saat pelaksanaannya. Semangat yang pada awalnya menggebu, menjadi surut ketika dalam perjalanannya menjadi jauh dari kata sesuai. Memang mencapainya tidak mudah, tapi memang tidak ada yang mudah untuk bertumbuh menjadi lebih baik.

Ramadhan versi New Normal kali ini, saya mengajak untuk menjalankan proses pencapaian target sebagai bentuk proses belajar. Saya percaya, bagaimanapun bentuknya, proses menjadi lebih baik adalah proses belajar, dan; kemudian dari setiap kebaikan ada hikmah yang dapat diambil.

Saya berikan dua contoh keterampilan yang bisa dipelajari dari target-target Ramadhan di atas.

  • Kegiatan berbagi makanan dan santunan, dapat dilhat sebagai proses belajar keterampilan ber-empati (social-empathy skills). Kita bisa mencoba untuk merasakan menjadi pihak yang menerima berkah tersebut. Rasa bahagia serta berkurangnya ketakutan yang muncul, misalnya, akan mengasah kemampuan kita untuk memahami kondisi orang lain.
  • Mencoba resep baru atau re-dekorasi rumah, dapat dilihat sebagai keterampilan mencoba tantangan (taking on challenge skills). Tidak semua orang berani melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Jika kita berani melakukan hal baru, walau sebatas resep makanan, maka kita sudah melatih keterampilan tersebut. Dalam proses selanjutnya pasti akan diikuti keterampilan-keterampilan lain (problem solving dan decision making, misalnya)

Kembali pada pencapaian target. Kita dapat menerapkan konsep SMART (Specific, Measureable, Achievable, Realistic, and Timely) saat merencakan target Ramadhan, dengan berfokus pada proses belajar. Contoh yang dapat dilakukan, sebagai berikut:

  • Specific
    Spesifik di sini tidak hanya bentuk target yang sudah mengerucut pada fokus tertentu. Akan tetapi, latar belakang target harus bisa kita pahami sebelumnya. Contoh salah satunya: Karena di saat Maghrib biasanya pengojek online seringkali sedang berusaja mendapatkan order, maka takjil yang saya sediakan dikhususkan pada mereka.
  • Measureable
    Ukuran yang diterapkan dikaitkan dengan proses belajar (misalnya, keterampilan berempati) bagi kita. Dengan demikian, tidak hanya jumlah takjil yang bisa kita bagikan sebagai target kita. Namun kita juga dapat menargetkan kebahagiaan dari para penerima takjil saat menerimanya.
  • Achievable
    Sebelum melakukan kegiatan, kita harus melihat kemampuan diri. Sejauhmana kita mampu melaksanakan proses dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Jangan memaksakan diri apabila dirasakan tidak memungkinkan. Tidak ada salahnya untuk menurunkan target, sehingga lebih menungkinkan diraih.
  • Realistic
    Kembali pertanyakan, "Apakah target ini realistis untuk dicapai dalam waktu satu bulan?". Jika tidak, harus diturunkan pada tingkatan yang memungkinkan untuk dicapai di bulan Ramadhan ini.
  • Timely
    Tampaknya ini yang paling mudah ditentukan dalam membuat target Ramadhan, "Rencana ini harus sudah selesai dilaksanakan di akhir bulan". Namun saya akan membagi tiga fase di bulan ini. Pertama, sepuluh hari pertama untuk mengejar bentuk keterampilan aplikatif. Lalu, di sepuluh hari berikutnya untuk melatih keterampilan yang besifat soft-skills. Kemudian di sepuluh hari terkahir, saya akan menghapus perilaku yang tidak mendukung perubahan-perubahan tersebut.

Mudah-mudahan dengan penerapan perencanaan SMART, target dapat tercapai dan proses belajar juga membawa hasil baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun