Mohon tunggu...
Udi H. Pungut
Udi H. Pungut Mohon Tunggu... profesional -

mantan ketua KLOMPENCAPIR; penumpang setia KA ekonomi bersubsidi Jabotabek; donatur tetap WARTEG.

Selanjutnya

Tutup

Politik

SMI Korban "Perang Kembang"

19 Mei 2010   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam pulitik gak ada benar atawa salah, yang ada kalah atawa menang. Kerena itu, salah besar kalo kita ngarep dapet kebenaran dari hasil pemeriksaan pansus DPR soal Bank Centuri. Pansus itu sejatinya dibikin jadi medan perang pulitik antar partei yang ada di DPR. Target mereka ialah mempertahankan, merebut atao menambah jatah kekuasaan.

Siapa yang bertarung, tentunya tidak perlu disebut lagi di sini. Persoalannya sendiri (Bailout Bank Centuri) sama sekali does not matter. Yang penting, berapa banyak setuju dan berapa yang menolak. Soal alesan, sekali lagi gak penting. Kerna tujuannya, sekali lagi bukan mencari kebenaran, tetapi ngukur kekuatan.

"Perang Kembang", begitulan kiasan paling tepat untuk kerja pansus DPR itu. Dalam pewayangan perang kembang adalah pertarungan antara Bambang dan Cakil. Pada pertempuran (battle) ini  ternyata Cakil menang. Apakah dia juga akan memenangkan seluruh perang (war)? Cuma dalang yang tahu.

Walaupun bisa berakhir draw, pada setiap battle dan war selalu ada korban. Korban biasanya berasal dari kaum prajurit yang maju ke medan laga. Boss nya sendiri paling-paling korban harta, kekuasaan dan harga diri. Dalam perang di pansus, dari semula korbannya emang sudah lama diincer dan disiapkan. SMI keliatannya emang sudah lama diincer.

Kenapa SMI? SMI adalah penyebab perang itu sendiri. SMI lah yang bikin perbedaan kepentingan antara Bambang dan Cakil menjadi begitu kontras. Kerana SMI tawar-menawar jadi macet. Perang gak bisa ditolak. Tanpa SMI, mereka sebenernya fine-fine ajah.

Begitulan pulitik! Kita jadi mingkin miris idup di negri ini. SMI bilang, "jangan brenti mencintai negri ini". Dengan berat ati saya mesti jawab, "ntar dulu!".

Note: tulisan ini terinspirasi dagelan di acara farewell SMI denggan akademiks FEUI.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun