Mohon tunggu...
Bang yek87
Bang yek87 Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Menulis adalah kebutuhan, butuh untuk mengungkapkan perasaan. Tulisan adalah hasil curhatan terbaik, tanpa berpikir tentang hasilnya. Yang terpenting adalah bagaimana memerdekakan diri untuk berani mengungkapkan isi dalam pikiran. Menjadi penulis berarti kita menjadi pemenang yang merdeka. Pemenang atas pengendalian perasaan dan merdeka mengungkapkannya tanpa harus begini dan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ngopi yang Candu

8 Agustus 2022   11:50 Diperbarui: 8 Agustus 2022   11:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini terasa begitu dingin padahal ini masih jam lima sore, senja di ujung sana mulai nampakdan aku mencoba berjalan dari dalam mobil menuju cafe berlatar putih terang. Aku melihatmu sudah duduk sambil mengusap hape android di tangan. Kakiku semakin kaku untuk mendekat dan kau terlihat asyik di kursi itu. Aku duduk didepanmu dan kau masih biasa saja sesekali melihat kearahku sembari berkata mau pesan apa. Akupun belum menjawabnya masih terpana dengan wajah yang sudah banyak berubah sejak 2 tahun yang lalu, saya yang traktir tenang aja , dia kembali bersuara ditengah ramainya suara penikmat kopi dengan kepulan asap rokok di cafe ini.

Serentak akupun menjawab kopi hitam saja!

Mau makan apa camilan? Kembali wanita itu menambahkan

Saya hanya bisa menggeleng, pikiranku masih percaya atau tidak sore ini bisa bertemu dengannya kembali, sebut saja nona namanya seorang gadis dengan penampilan wanita karier sekalipun Tak menggunakan higheels namun kesannya sungguh melekat dilihat dari blazer hitam dengan jeans warna senada sungguh fashionable pertanda dia sudah mapan hidupnya dibanding dulu yang masih biasa saja.

Sesaat obrolan kami sampai pada kenangan zaman dulu saat kita masih berstatus pacaran, tentang kejadian lucu atau saat kita bertengkar yang hampir mirip dengan kisah abg di jamannya, saat tertawa lepas kami sadar itus udah berlalu, senja telah menjadi malam, pertanda hari ini harus di akhiri, kini kami sudah punya kehidupan sendiri. Aku dengan pasanganku dan nona dengan pasangannya tak ada maksud untuk mengkhianati keduanya karena kami hanya mencicipi pahitnya kopi dengan nuansa cafe berbalut senja namun seandainya ada waktu yang sama sepertinya kami sama sama merindukannya, bukan karena kopi nya tapi keadaannya yabg membuat candu.

Penulis.       : Bang Yek (samaran)

Instansi       : guru SD sokalela Kadur Pamekasan

Email.          : faridaljunairi@gmail.com

No Wa         : 08233 7304060

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun