Penelitian Tadele dan Tesfay (2013) yang berjudul "The Role of Cooperatives in Promoting Socio-Economic of women: Evidence from Multipurpose Cooperatives in Ethiopia" menemukan bahwa perempuan yang menjadi anggota koperasi serbausaha (multipurpose cooperative) di Ethiopia telah mengalami kenaikan income, memiliki lebih banyak ternak, kemampuan mengambil keputusan yang lebih otonom dan kemampuan berbelanja (spending power) yang lebih baik dibandingkan sebelum bergabung menjadi anggota koperasi.
Studi lainnya juga menunjukkan bahwa unsur-unsur kemandirian (self-reliance) dan tindakan kolektif (collective action) yang terbangun dalam kelembagaan koperasi juga memungkinkan perempuan untuk mengembangkan modal sosial (social capital) yang sebenarnya sulit untuk dicapai tanpa berkoperasi.
Keanggotaan dalam usaha kolektif (koperasi) memungkinkan perempuan untuk membangun hubungan kerja dan hubungan personal yang baik, yang akan meningkatkan status sosial mereka. Jones, Smith and Wills (2012) menemukan bahwa perempuan anggota koperasi mengalami adanya peningkatan harga diri (self-esteem) dan rasa solidaritas (sense of solidarity) dan dukungan (support), terutama pada saat dibutuhkan.
Membangun Ketahanan EkonomiÂ
Ketahanan ekonomi seperti didefinisikan Farrugia (2004) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan setidaknya terkait 3 kemampun baik itu sebuah negara, keluarga atau individu dalam menghadapi krisis, yakni (a) kemampuan untuk merecover secara cepat dari sebuah goncangan; (b) kemampuan untuk berdiri tegak akibat dampak goncangan dan kemampuan menghindari goncangan ekonomi secara saat terjadi krisis.
Isu tentang ketahanan ekonomi (economic resilience) ini menjadi penting untuk dibahas mengingat perubahan ekonomi global yang terjadi selalu berdampak kepada ekonomi domestik. Sebut saja, krisis di Amerika dan Yunani beberapa tahun silam telah mempengaruhi makro ekonomi dalam negeri. Dampak makro perlahan tapi pasti ikut menjalar pula ke wilayah mikro. Rumah tangga masyarakat miskin dalam hal ini adalah kelompok yang rentan menerima dampaknya.
Selain faktor eksternal di atas, ketahanan ekonomi keluarga juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian domestik. Perubahan kebijakan ekonomi nasional bisa jadi menjadi faktor yang mempengaruhi ketahanan ekonomi tersebut, misalnya pemberian dan pencabutan subsidi akan berdampak pada semakin kuat atau lemahnya ketahanan ekonomi keluarga.
Program-program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan lainnya juga akan memberikan dampak positif bagi peningkatan ketahan ekonomi keluarga. Membaiknya mutu pendidikan dan kesehatan dalam jangka panjang akan menaikan produktivitas ekonomi penduduk, menambah income dan mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap kemiskinan.
Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk senantiasa menstimulasi program dan kebijakannya ke arah peningkatan ketahanan ekonomi bangsa sebab indeks kerentanan (vulnerability index)Â dan indeks ketahanan ekonomi (resilience index) kita masih cukup rendah yakni 0,459 (peringkat 66) dan 0,1333 (peringkat 75) jauh di bawah negara Asean lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Keberhasilan koperasi, terutama koperasi kaum perempuan di beberapa negara seperti disebutkan pada bagian sebelumnya, patutlah menjadi inspirasi kita dan diberikan tempat yang lebih layak dalam program pembangunan kita. Koperasi sebagai soko guru pembangunan yang selama ini sebatas jargon sudah saatnya lebih diberikan peran yang memadai.
Menumbuhkan dan memberdayakan koperasi berbasis perempuan menjadi jalan yang tak boleh ditawar lagi. Kesuksesan koperasi dalam memberdayakan perempuan akan berdampak pada peningkatan kemandirian kaum perempuan yang akan berkorelasi langsung pada peningkatan pengentasan kemiskinan dan juga meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga, meningkatkan kualitas hidup anak.