Saya pikir saya tidak mencintainya, saya merasa hati saya sekedar kawan saja kepada Maya. Semua omong, Maya perempuan cantik, semua orang menyukainya.
Orang-orang bilang saya beruntung memiliki wanita idaman yang digila-gilai banyak lelaki. Tapi kenapa feeling saya kurang greng seperti mati setrum.Â
Saya pernah memaksa hati saya untuk menyukainya tetapi saya malah kena mental, saya pun mencoba lain, yaitu memimpikannya konsentrasi membayangkan parasnya sebelum tidur, tapi saat lelap, saya jadi kerap terjaga di interval malam untuk b.a.k ke peturasan.
Sampe terkini, saya usaha yang terkahir, yaitu menuliskan suatu risalah tentang cinta, tentu saja yang konek dengan Maya.
Dan di satu sore yang lembut kami berada di beranda sebuah kafe, menikmati es teh jumbo Solo tigaribu.
Bagaimana bisa kamu ga ada hati sama aku? Apa kamu...,,,?? Â Buka Maya keheranan.
Sssstt...saya sedang  menulis risalah cinta! Jawab saya.
Risalah Cinta?
Hmm..
Macem Dewa 19? Dahi wanita ayu itu berkerut indah.
Sebenarnya saya malah suka kamulah satu-satunya! Jawab saya.
Serius?
Hmmm....
Tiba-tiba Maya menyorongkan bibir seksinya dan mencium pipi saya.
Untuk apa?
Aku sukak!