Sehabis itu Bayern seperti enggan memanfaatkan 9 menit tambahan untuk merubah waktu menjadi perpanjangan, barangkali hati mereka telah hancur dan berat untuk menopang langit magis El Real dalam ledakan stadium Santiago Bernabeu.
Pelatih Tuchel sudah membacanya sesaat sehabis Alphonso Davies "The Roadrunner", full back kreatif Bayern, melakukan solo dan menghempaskan bola ke sisi kosong kiri si penjaga gawang pemalu Madrid, Andriy Lunin.
Bahwa sehabis gol Davies, Madrid adalah gelombang menuju gerbang Munich, berkejaran seperti ombak laut dan Vinicius Jr lah menjadi nakodanya, sementara Big Rudiger membawa tembok besarnya ke muka pintu Bayern yang menakutkan.
Menggotong empat bek dibelakang dan tiga gelandang efektif, Carlo Ancelotti memainkan skuad ortodoksnya dengan menarik Jude Bellingham sedikit di bawah duo sayap serang Vinicius dan Rodrygo.Â
Basis 4-3-3 akan terbentuk dengan meniup Jude Bellingham sejajar Vini dan Rodrygo, akan menjadikan serangan Madrid berganda. Dan Anceloti selalu memainkan Bellingham yang dipercaya berada di titisan garis Crujffian, bagaimana dia memutar, dengan bola mundurnya, dengan kedua tangan sayap yang melebar.
Bayern sendiri memainkan kelenturan di tengah dengan memainkan 5 di tengah dari formasi 4-2-3-1 yang sedikit ragu, barangkali Pelatih Tuchel mau memadatkan area tengah pitch dan menjadikannya area sibuk, lalu mencuri pace lewat full-back kiri elegan, Alphonso Davies, sehingga Carvajal lengah dan kehilangan kotak yang diambil Davies guna melesakkan bola terarah ke gawang Madrid sebagai angka satu-satunya Bayern.
Secara keseluruhan, El Real sedang menapak juara Eropa ke 15 nya, dari 18 finalnya. Don Carlo yang lembut berbicara tentang kebetahannya di Real Madrid.Â
Saya akan pensiun di sini! Katanya berkaca, setelah perjalanan panjangnya mengelola legenda dari Cristiano, van Basten, dan Zidane bercampur dengan taipan-taipan, Berlusconi, Abramovich, dan al-Khelaifi. Carlo Ancelloti selalu berada di tengah-tengah.
Lalu bagaimana dengan Bayern-Madrid? Dimana posisi Ancelloti? Semula dia berada di tengah Bayern dan Madrid, namun patah hatinya kepada Bayern di 2017 saat kekalahan Bayern yang saat itu dilatihnya dan dia didepak.
"Madrid dan Bayern adalah serupa, klub dengan tradisi hebat, sejarah, dengan banyak kesuksesan di Liga Champions," kata Ancelotti.
Dan The Godfather, Don Carlo, Â masih tetap berdiri dengan megahnya di rumput Santiago melagukan irama Hala Madrid bersama Madridista.