Kanal twitter OptaJoe yang rumit tentang statistik bola menuliskan hari ini;
Manchester United telah kebobolan 18 gol dalam 10 pertandingan di semua kompetisi musim ini, yang terbanyak setelah 10 pertandingan dalam satu musim 1966-67 (20). Faktanya Sheffield United (19) adalah satu-saunya tim Premier League yang kebobolan lebih banyak dari mereka musim ini. Fragile.
Mungkin bukanlah soal rekor kebobolan yang upset,  tetapi menyeret MU ke kesejajaran dengan Sheffield adalah cukup memilukan, apalagi buat head coach Erik Ten Hag, salah satu pewaris keniscayaan progressive football Ajax Amsterdam sebagai titisan total football.
Delapan kekalahan di EPL dan dua di gruping liga Champion membuat Menir Ten Hag berada dalam tekanan yang gede, merujuk dari program kebangkitan baru Setan Merah di season 2023 ini, plus belanja kontroversi pemain idamannya dari Andre Onana hingga yang teranyar striker muda Denmark, Rasmus Hojlund.
Erik mengumpulkan daya di kepalanya untuk menentang langit biru dan benua biru, yaitu program melangkahi seteru derbinya si langit biru Manchester City dan menjuarai benua biru Liga Kampiun Eropa.
Tetapi dalam kenyataan langkah awalnya, MU menelan kekalahan yang melonjak-lonjak, dari kekalahan yang batu hingga kekalahan yang nisbi, seperti di laga UCL kemarin, merunduk di kaki Galatasaray dengan skor 2-3 di teater mimpi Old Traffold.
Erik Ten Hag yang berawal dari medioker, cukup memiliki paradigma sepakbola menyerang yang tidak terhentikan, dengan rekor 100 kemenangan dari 128 pertandingan bersama Ajax FC.
Merubah budaya Sir Alex Ferguson dengan pertahanan kuat dan kepemilikan, bukan seperti membalik telapak tangan, gaya sepakbola Belanda di MU menemukan banyak setelan yang ternyata cukup rumit, namun Ten Hag sedang mengerjakannya.
Bermain melawan Galatsaray, Manchester United masih berada di dalam transisi dengan banyak lubang dengan turn over yang menakjubkan.
Bentuk permainan Ten Hag yang sangat tergantung pada pemain karena taktiknya yang gamblang, menyerang dan pukul dengan satu langkah.
Makanya pelatih berjanggut berkepala plontos ini menjadi begitu rumit dan rewel dalam merekrut pemain-pemainnya.