Saya bertemu dengan seorang wanita di sebuah kafe, kayaknya dia bukan penduduk sini. Kami berbicara begitu banyak tentang musim dan masa-masa muda.Â
Tapi kami tidak menyinggung sama sekali soal perasaan, jadi seperti menyimpan rahasia. Tapi itu enggak penting.
Saya sendiri kok, langsung merasa akrab dan nyaman, padahal kami baru bertemu di sebuah kafe. Â Yang anehnya, dia bertutur bahwa ini kafe favoritnya dan dia selalu tiba kemari jika berlibur di kota ini.Â
Jadi sama sebangun dengan saya. Saya mengenalkan betapa kafe ini adalah kafe kenangan saya semenjak muda.
Kalo gitu kita punya taste yang sama donk! Katanya meriah.
Saya setuju! Balas saya.
Kafe itu berlokasi di tepi kota, dimana masih banyak warna hijau dan boleh dikata angka polusinya terendah di dunia. Ada angin timur yang selalu menyemai udara sejuknya membawa bau daun, sehingga kafe kayu itu selalu semerbak.
Bagaimana pusat kota sekarang? Tanya wanita cantik itu.
Down town is always down town! Riuh tapi menyenangkan, maklum kota ini hanya sepetak dengan sedikit orang saja! Terang saya.
Wow menarik! Aku pikir aku akan menengoknya! Katanya antusias.
Tentu saja ide yang bagus! Saya akan senang mendampingi anda! Jelas saya lirih
Really?
Ya!
Dia senyum menawan, matanya berbinar indah, rambutnya bergerai lurus, berkilat berwarna pirang. Saya menyukai wanita ini, yang saya pikir dia lebih cocok menjadi wanita asli kota ini.