***
Saya menengadah, sore memang masih belum matang, matahari masih juga belum mau pulang. Â
Dan saya semakin dekat ke tanah di kaki saya. Membungkuk dan membiarkan tubuh Emak turun ke tanah, tepat di atas tanah almarhum adikku, anak terakhir cinta Mamak.
Perlahan Emak diturunkan dan menempati liang tanah, sampai tepat di satu posisi, lubang di tubuh Emak tertutup oleh adikku. Sementara lubang satunya masih saja menganga.
Saya membelainya ketika Mak tiba di posisinya.
Saya berbisik menenangkannya, dan saya berjanji kepada Emak, bahwa saya akan menutup lubang luka yang satunya kelak ketika tiba waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H