Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U20 yang Tidak Bugar

2 Maret 2023   17:35 Diperbarui: 2 Maret 2023   17:37 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia U-20 vs Irak U-20 di matchday 1 Grup A Piala Asia U-20 2023 Dok. AFC. Sumber bola.net

Sepuluh menit awal timnas 20 tahun Indonesia bermain boleh juga, tapi sesudahnya kenapa baterenya cepat soak ya? Anak-anak sepakbola Indonesia kelihatan sekali tidak bugar dan itu menyeluruh, barangkali ini pangkal urusan kekalahan Garuda muda dua nol saat melawan Singa muda Mesopotamia semalam pada matchday grup piala Asia U20 2023. 

Apa mungkin faktor udara dingin stadion Lokomotiv, Tashkent, Uzbekistan menunjuk 2 derajat, sehingga membuat tulang-tulang melayu bergerak lambat? Entahlah, namun yang kasat mata hanya sekitar seperempat jam awal kesebelasan Indonesia mampu sejajar dalam perkelahian kecepatan, pressing dan duel bola, selebihnya menit berjalan, tim kita kedodoran.

Berbeda dengan timnas Irak, mereka bermain stabil, baik secara fisik, format, maupun taktis, sehingga mereka memegang ritme permainan, sementara Timnas berusaha mengikuti irama dengan ngos-ngosan. Ditambah lagi dengan taktik yang enggak jelas dari pelatih Shin Tae-yong yang mengandalkan serangan sporadis hanya bertumpu kepada dua penyerang lembut Ronaldo Kwateh dan penyerang keras Hokky Caraka. 

Jarak penyerang Indonesia yang jauh dari garis gelandangnya akibat barisan gelandang dan pertahanan Irak memainkan pace yang dekat dan lentur menyebabkan Timnas terkunci di lapangan tengah dan harus mengandalkan sprint yang buruk akibat kondisi yang tidak bugar.

Turn-over formasi standar 4-3-3 dari kesebelasan Irak begitu luwes dari formasi serang 4-3-3 ke 5-4-1 saat bertahan yang menyisakan penyerang Ali Jassim (16) memang spesial memiliki percepatan lebih untuk melakukan fast break yang beberapa kali menghampakan pertahanan Timnas. 

Ini jelas menandakan bahwa kesebelasan lawan kita satu ini memiliki kondisi fisik dan endurance yang oke, selain kualitas skill dan posisitoning yang dinamis, Irak menjadi satu kesebelasan yang terlihat kumplit.

Sepanjang pertandingan pun tampak bahwa lapangan rumput diisi oleh anak-anak Irak daripada anak-anak Timnas, padahal jumlah pemain sama sebelas, bahkan saat Irak bermain 10 kita 11, terlihat tidak ada perbedaan, bahkan Irak terlihat lebih mengisi penuh lapangan.

Overlap antara gelandang dan penyerang ketika melakukan penyerangan terlihat menarik dilakukan oleh tim Irak termasuk gelandang yang berfungsi sebagai second line, seperti  pada menit ke 51 hasil operan Kadhem dilepas Hayder Abdulkareem kepada gelandang Abbas Fadhil buat menendang bola matang namun masih bisa di blok oleh kiper Daffa.

Evaluasi kilat pelatih Shin Ty menyongsong babak kedua setelah tertinggal satu kosong  mencoba mengambil gain penyerangan dengan menggantikan pemain tapi tanpa solusi detil taktis. 

Memasukkan 4 pemain sehabis rehat memang berniat menyerang keras dengan menurunkan Wahyu dan Rabbani sebagai duo striker yang ditambah Hokky, menjadi trio penyerang depan, disamping Hugo Samir di wing kanan dan pemain berbakat Frengky Missa di full back kiri, mungkin sebagai penarik overload pemain belakang Irak untuk membuka ruang tengah masuknya trio striker kita.

Mister Shin Ty terlihat terlalu ambisius dengan formasi serang yang ganas tetapi menjadi kontra produktif, mengingat format lapangan tengah tetap saja terkunci oleh meratanya density pemain tengah dan belakang Irak yang sangat mobil dalam turning back and  go forward. 

Kebugaran Timnas yang sudah tampak dari awal permainan sangat tidak menunjang dengan membooster perobahan baru multi penyerang ini. Pelatih Shin harus sabar dan kepala dingin mencari bolong-bolong garis pertahanan kesebelasan Irak dengan penetrasi atau pengurungan dengan kepemilikan bola.

Alhasil bukan peningkatan yang diperoleh, melainkan batere Tmnas semakin soak sehingga kita kebobolan lagi di menit akhir dan menangkap enol dari dua.

Sulit memang  untuk mengejar kemenangan ke depan jika kondisi basic kebugaran Timnas untuk mengejar bola yang menggelinding lebih cepat daripada langkah pemain kita. Maaf, main bola bukan muda saja, tetapi juga setamina. Iya enggak sih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun