Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasar Gede 2050

11 Januari 2023   13:52 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:57 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Gede Surakarta (Fristin Intan/Kompas.com)

Sekelumit tiba nuansa cemas saat mentari meliputi langit tegak lurus, pukul duabelas panas di tengah kota tapi pasar gede tetap dingin  rimbun dengan dagangan hati, namun tidak juga mengusik was-was.

Saya duduk di tepi bangku dawet solo memesan semangkuk wedang manis ini dan menghirupnya perlahan, seperti yang pernah, melarutkan hati-hati jenang ke dalam usus. Ada rasa dingin dan rasa masa lampau melompat ke belakang batas waktu. Dimana kamu sayang, setelah periode tigaratus enampuluh hari apakah kamu absen kali ini?

Hingga mentari mulai condong kamu tidak juga kelihatan dan sayapun bersiaga untuk mennggamit sepeda motor ketika seorang perempuan berbaju hitam menyeruak selasar pasar gede yang masih pepak. Separuh langkah berlari dia mendekat, sementara paras pipinya berbayang terhalang topi bucketnya yang juga hitam. Saya menatapnya di lurus jalan pandang saya dengan degup.

Akhirnya kau tiba jua! Bisik saya sumringah.
Maaf, aku begitu terlambat! Katanya terengah.

Dan kami berhadapan begitu dekat, dia mengusap rambut gerainya yang terurai angin senja, mata indahnya masih menyala, dagu tirusnya menyajikan senyumnya yang kaku.

Saya memegang bahunya yang ramping. Kamu masih cantik! Saya memuji kangen.
Perempuan itu merunduk . Tidak! Kau semestinya menatap lebih terang garis-garis di wajahku! Katanya sunyi. Dan aku sangat tahu, wajah berlekuk samar perempuan itu adalah kecantikan yang selalu saya dambakan sepanjang kehidupan.

Saya sudah menyiapkan tempat untuk kita berbincang di penghujung tahun pertemuan ini! kata saya sambil menggamit lengan langsingnya.
Maaf, tidak untuk tahun ini! Dia bergeming tanpa merespon ajakan saya.
Maksudmu?
Maafkan aku, kupikir aku sudah memutuskan untuk mengakhiri  semua ini. menghentikan perjanjian tahunan yang selama ini kita jalani!
Kenapa sayang? Tanya saya bagai tersengat voltase tinggi.

Kau tau, tahun berganti serasa kilat bagiku.  Aku selalu dikejar waktu yang semakin menghimpit, sedang kamu? Ku pikir kamu masih memiliki interval panjang. Aku tak mungkin bertahan lagi! Sungguh! Perempuan itu berbicara dengan mata mendungnya, wajahnya pun tersaput lapisan gurat-gurat wajahnya meski bagi saya dia tetap mempesona,tiada tara dan tak tergantikan.

No, no way! Kamu tidak bisa demikian saja memutus waktu cinta tahunan kita sekonyong-konyong! Please! Kata saya bersikeras bercampur memohon.

Perempuan pesona itu diam sejenak, bola mata redupnya menatap jalan mata saya. Pandanglah saya! Tataplah gurat-gurat wajah saya dan tetaplah pandangmu di sana.

Lalu kami berdua terdiam seperti membiarkan angin yang menyapu pedestrian pasar gede mengerjakan tugasnya di senja yang jatuh di sepanjang batu terotoarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun