Saya sudah beberapa kali melaluinya, namun baru sekali ini saya melangkah ke pintunya, entah kenapa. Itu sekitar 13:30, dan saya masuk ke dalam kafe kecil yang saya maksud itu. Sedikit suram dan dingin, saya mengambil kursi di tepi beranda timur sehingga menampak taman dari balik kacanya.
Seorang pelayan yang barangkali satu-satunya memegang kertas dan pensil mendekat di sisi.
Saya mengorder roti gandum sandwich kalkun plus kopi nihil kafein. Dia mencatatnya dan meninggalkan meja, sementara saya mengambil sehelai kertas dan mulai membaca.
Oh iya, ada 2 lelaki di sebelah kiri meja saya yang sudah terlebih dahulu berada di situ, mereka bercengkerama dan telinga saya bisa menangkapnya.
Yeah! Sebetulnya aku tak hendak mengatakan sesuatupun, tetapi ada yang tidak beres pada potongan rambutmu. Saya melihat ada sesuatu yang salah. Kata salah satu lelaki.
Hmmhh! Aku sudah berpikiran demikian, saat memandangnya dari cermin di depan kami. Hey! Apa yang dia kerjakan kepada kepalaku? Jawab satunya.
Semestinya kau mengatakannya sesuatu langsung...
Sementara telinga saya masih terbuka dan otak saya segera menyimpulkan bahwa ke dua pria ini sedang membicarakan soal potongan rambut.
Selanjutnya roti berlapis dan kopi decafe saya telah tiba berikut order tambahan dua lembar selada tersaji di meja, saya pun mengangkat dan menggigit kotak gandum lapis berisi sosis dan kerat asap, sesekali saya mengletus lettuce hijau yang kelihatan segar.
Dan telinga saya kembali mendeteksi lanjut.
Aku pikir perempuan pemangkas itu seharusnya lebih banyak memotong sisi kiri rumbutmu. Cetus lelaki semula.
Yeah. Yeah! sejujurnya dia selalu memotong dengan baik dan benar, tetapi...Jawab satunya.
Yeah.. sejujurnya aku juga mengatakan bahwa potongan ini tidak terlalu buruk kawan, tapi.. aku pikir ini juga kurang benar. Kau mengerti bukan?
Yah, aku berpikir pada akhirnya... untuk tidak kembali lagi kesana..Jawab pemuda satunya sedikit down.
Lalu salah satu lelaki itu tampak memesan lagi satu porsi pai buah ceri yang sudah habis di santapnya.
Aku selalu memfavoritkan pai ceri di sini. Katanya.
Yeah! aku setuju dengan seleramu. Pai ceri disini enak banget! Jawab satunya.
Sementara pula saya pikir saya telah rampung menghabiskan roti kalkun saya, lalu menenggak tandas kopi non kafein masuk lewat tenggorokan saya. Lalu saya berdiri dan meletakkan uang tip di atas taplak dan berjalan menuju cash register.