Saya tidak menemukan data atau berita seberapa dalam settlement yang dialami vessel Borobudur ini, bagian mana yang mengalami penurunan, apakah spot settlementnya berbeda-beda, apakah masih dalam batas toleransi ataukah menghawatirkan, tentu orang-orang multi disiplin nanti yang kembali akan tekun melakukan konservasi.
Jadi sangat jelas bahwa beban orang saban hari yang sebelum pandemi bisa mencapai 10.000 orang per hari, seandainya sekaligus naik 5.000 orang maka akan ada penambahan beban sekitar 250 ton, jika terkonsentrasi di 1 atau 2 titik tentu akan mempengaruhi lendutan permukaan candi, apalagi dilakukan saban hari.Â
Beban yang enggak seimbang juga, yang saya pikir akan merepotkan kekuatan struktur tanahnya. Mengingat, simetri candi yang terbagi memiliki load kalkulasi yang berbeda. Belum lagi zaman kuno tidak ada measurement atau alat ukur, mungkin cara konstruksinya menggunakan pemodelan struktur sederhana yang berulang pada skala yang semakin mengecil seperti srtuktur kristal, sehingga ketepatan beban berat tidak sehebat ilmu sekarang misalnya, yang menggunakan struktur algoritma.Â
Tentu saja konservasi tidak hanya major dicipline yang tersangkut, akan banyak dan expensive, multi disiplin akan menjalin rangkaian konservasi dari arkeologi, chemist, geologi, geofisik, hidrologi, impermeabilitas, lanskap, mikrobiolog, physics, mekanika tanah dst.
Itu hanya salah satu sisi sains dan teknologinya yang menarik dinikmati, selain tentu saja history dan budaya yang bisa terbaca di dekor relief dinding candi, soal filosfi dan Budhism pilgrimage.
Juga objecctive dari perjalanan atau kisah pelayaran Buddhist yang tergambar di scene relif perahu dengan desain yang canggih yang bisa dipandang dari sisi arkeologi dan etnografi.
Banyak yang sangat berarti dan sesuatu bisa ditemui di Candi Borobudur, yang bukan semata-mata piknik kumpul liburan keluarga. Ada nilai yang lebih dalam, ketimbang rekreasi dan kebanggaan Borobudur sebagai bangunan fisik yang mengagumkan dan mengherankan sebagai tontonan ansich kegembiraan.Â
Ada hal yang serius jika kedua kaki kita sudah melangkah naik ke Candi Borobudur untuk mencari kehausan dahaga akan nilai budaya dari teknologi, filosofi, sejarah dan banyak lagi.
Penjelasan bos TWC persero, pak Eddy, cukup gamblang bahwa harga 750 ribu untuk naik candi diselaraskan dengan kuota 1200 orang pengunjung per hari, dengan pembatasan jumlah tertentu yang bisa naik secara bersamaan tentunya.Â
Dan ini mengandung arti bahwa ada seleksi alam bahwa pengunjung yang ingin menaiki candi adalah orang-orang yang sudah mempersiapkan diri dan orang yang sudah bersungguh-sungguh dan sangat berkepentingan, paling tidak bagi jiwa atmanya.
Sementara membandingkannya dengan UMR atau wedge, itu enggak apple to apple, seperti juga membandingkannya dengan tempat sejarah lain seperti Tembok Cina, Angkor Wat atau Coleseum.