Real adalah yang terbaik, Ancelotti sudah mempersiapkan detail untuk kekalahan Liverpool di final ini. Taktik brilian anyaman fabrics atau kain, seperti penemuan baru  bagi anak-anak buah yang didalangi Don Carlo.Â
Anyaman benang El Real begitu liat untuk bisa ditembus oleh mesin penggerak 3 depan, Mo Salah- Sadio Mane- Luis Diaz, bahkan hingga utas benang terakhir yaitu sang penjaga gawang Courtois.
Courtois memang penjaga gawang yang luar biasa, tetapi dia bukanlah seorang penyihir, Courto adalah salah satu anyaman benang seperti 10 utas di depannya.
Omong kosong yang sangat lokal terdengar dari komentator televisi regional sehabis laga, bahwa sepakbola keberuntungan dimiliki oleh Real Madrid. Ini adalah suara merah penonton, saya pikir mereka kelihatan bermasalah dalam menikmati sepakbola.
Real Madrid bermain rumit dengan seluruh permukaan kaki untuk memecah lima Liverpool, 3 gelandang, Henderson-Fabinho-Thiago dan 2 fullback, Trent Arnold --Robertson.
Benzema adalah pusat kerumitan dengan sentuhan bagian kaki kanan luarnya menggerakkan flank kanan Valverde dan Carvajal. Lalu kaki luar kirinya menggerakkan flank kiri Vinicius dan Mendy. Sehabis itu Benzema akan meninggalkan kerumunan overload Liverpool, menggantinya dengan ruang gol dengan geriatricos lini tengah Madrid yang dipimpin Luca Modric di belakangnya.
Bermain formasi sama 4-3-3 dengan tempo lamban di awal, barangkali karena ketegangan akibat delay 37 menit kemacetan bus We Are Liverpool dan ribuan fans The Reds di porte paralel rue Delauney atau rue de Brennus.Â
Liverpool mendetak awal yang agresif dengan menekan tinggi, mengambil tantangan dan mendominasi bola Salah-Mane. Sementara Real Madrid menurunkan tengah yang dipukul City di leg-1, tidak ada kaki tengah Camavinga, sedikit berbeda, kali ini Carlo Ancelotti akan bermain lebih halus bersama Casemiro.
Liverpool menekan rata dan berkali-kali berbahaya di kotak 6 yard, tapi ada sayap belakang Carvajal yang selalu memasalahkan Diaz dengan elegan, ada juga dua pintu Alaba dan Milato yang tenang dan pengunci gembok Courtois. Saya pikir pelatih Jerman bertopi ini akan memiliki masalah seiring waktu permainan berjalan.Â
Karena semakin kentara campuran atmosfer Stade de France dan Champions League adalah glamour yang hanya tampak buat Madridista. Bukan untuk orang-orang pelabuhan, kota kelas pekerja dan The Beatles.Â