Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong Enggak Bisa Move On dari Asnawi

20 Mei 2022   13:50 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:30 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti monitor laptop saya yang bergambar kotak warna sama mulu saban saya buka, padahal udah saya kotak-katik dari jendelanya, tapi enggak juga bisa move on.

Kotak-kotak gambar di komputer itu seperti kepala dari ketakutan anti kemapanan,  yang bertahan di limit birokrasi  tua, haus pujian dan campuran dari kemalasan dan kekurangmampuan.

Saya mematikan laptop dan melihat Shin Tae Yong.

Saya pikir saya melihat 4-2-3-1 tanpa Asnawi, saya tidak melihat Rio Ilham suksesor Asnawi melainkan Rahmat Iryanto. Saya bilang ke istri saya bahwa fullbacknya setingan. Istri saya tidak ngerti bola, dia bilang ngeprank dan setingan sudah jadi kebutuhan selain bahan pokok disini.

Tapi ini  Shin Tae Yong pelatih asal K-pop, menempatkan defender midfielder  sebagai fullback, buk!
Kau mau nonton bola apa tidak sih? Kalo enggak aku mau nonton insret! Sret!
Insret? Jangan buk! Saya mau nonton bola!

Dan betul Rahmat tidak bisa memainkan fullback, dia sering auto reset ke midfield sebagai posisi rasa originalnya, tidak ada overlap di flank kanan antara fullback  Rahmat Iryanto dan winger Egy Vikri. Kasihan Egy dia banyak berjuang sendiri dari lapangan tengah hingga ke baseline pojok, bahkan menusuk secara individu ke tengah untuk menendang ke jala Kawin. 

Malah Marselino yang mempunyai tugas lain, beberapa kali membantu set over dengan Egy. Sementara Rahmat tidak bisa beranjak lebih jauh, hanya seperti bayang-bayang di belakang serangan.

Akibatnya segitiga Egy-Irfan Jauhari-Witan di kotak 16, tidak pernah terlihat seperti biasanya, seperti melawan Myanmar atau Filipina. Tidak ada kerjasama 1-2 atau 1-2-3 bang mantu naik kuda, melainkan sporadis single attack, entah itu dari Egy, Klok, atau Witan. Akibatnya tentu saja dalam 30 menit tampak Egy sangat kelelahan.

Kalo Witan saya tidak melihat banyak terlibat di serangan, mungkin dia bukan tipe seperti Egy yang bisa bekerja dari bawah. Fullback Dewangga juga tampak berada banyak di bawah tidak seperti biasanya yang menopang Witan di flank kiri, barangkali lebih menjaga keseimbangan ketiadaan Asnawi.

Jadi mesin sayap tidak bekerja baik sehingga kepalanya juga tidak terkendali, tidak ada serangan dari Timnas yang sungguh-sungguh berbahaya dari suatu kerjasama di depan. Kesebelasan terlalu banyak tertarik ke samping akibat ketiadaan fullback yang propper.

Sayang Shin Tae Yong tidak menurunkan Rio Ilham sebagai starting eleven melainkan memilih Rahmat Iryanto, Shin Tae Yong enggak bisa move on dari Asnawi Mangkualam.

Sejatinya belia Rio Ilham menurut saya memiliki kapasitas fullback yang benar, bahkan dalam ofensif dia lebih baik dari Asnawi selain turn overnya sangat tinggi. Memang hal kemarin ketika 3 nol melawan Vietnam, Rio Ilham didapuk sebagai biang kelemahan pertahanan dan dihujat netizen, tapi menurut saya enggak seluruhnya benul. 

Apakah menetapkan Rahmat sebagai fullback memberikan rasa aman, seperti kotak gambar komputer warna saya yang selalu mencari aman? Tapi setidaknya dari beberapa penampilan Rio bisa berpasangan dengan Egy sepanjang jalan kenangan sisi kanan pitch. Overlapping dan daya serang Rio cukup berani sampai ke gawang lawan yag tidak dimilki Asnawi.  

Hal lain Egy akan lebih bebas untuk menusuk ke tengah saat bola di ambil alih Rio, tidak seperti semalem, tidak ada posisi Rahmat yang mengambil alih posisi Egy untuk membebaskan Egy dengan Witan untuk janjian ketemu di kotak 16.

Ketika itu ada dua pilihan bagi Shin Tae Yong sebelum pertandingan, dia menyiratkan dua kemungkinan apakah menurunkan Rio Ilham atau Rahmat Iryanto. Rio sendiri sudah menampilkan penampilan yang terus memuncak, tambah pelatih Korea Selatan itu.

Tapi seharusnya tidak ada pilihan lagi kecuali memainkan Rio Ilham, terlepas dari kalah atau menang, pilihan ke Rahmat sekali lagi hanya untuk ngademin rasa secure pelatih, mungkin untuk tidak kemasukan gol? Harusnya tujuannya adalah pola serangan yang berkembang di depan kotak Thailand, artinya untuk menciptakan itu beban winger Egy-Witan harus dibebaskan dari beban fullback.

Makanya semalem  kita tidak sekalipun melihat permainan kerjasama cantik Egy-Witan-Juhari di tengah dan pemalsu-pemalsu sembilan Marselino dan Kambuaya  yang mencengangkan dalam merekayasa gol seperti pada laga-laga sebelumnya.

Shin Tae Yong telah mendua deh, dia enggak bisa move on dari Asnawi. Seperti saya enggak bisa move on dari si Kokom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun