Saban malam saya membawa anjing saya berjalan-jalan menyusuri pedestrian di sepanjang  perumahan hingga lepas terotoar jalan raya. Saya memulai pekerjaan rutin ini pukul 9 malam dan tiba kembali ke rumah pukul 10.Â
Kami berdua menikmati tanpa bosan, malam yang sama, cahaya yang sama, angin yang sama dan traffic yang sama yang sudah mereda.Â
Pada dasarnya anjing jantan saya itu jenis anjing kampung, berperawakan sedang, berbulu hitam dengan bercak-bercak putih di sekujurnya. Dan kami sudah menjalin kebersamaan sejak 4 tahun lalu, saat pertama dia datang meranggeh pintu depan rumah.Â
Saya merasa iba dan mengadopsinya dengan menamakannya si Bleki. Ternyata naluri saya tidak salah, Bleki anjing yang santun, dia tidak menggonggong, tidak melompat, tidak menjilat, tidak birahi dan tidak naik ke tempat tidur. Dia hanya memandang dengan matanya setiap apa yang hendak dilakukannya.Â
Malam ini udara sedikit dingin dan angin berbau hujan, saya mengenakan outfit yang masih sama dengan sepuluh tahun lalu, celana baggy dan sweater, sementara Bleki berdiri disebelah saya.
Bleki, sit! Saya memerintahnya duduk dan dia pun duduk, lalu saya mengalungkan tali pengikat ke lehernya dan menggenggam tali ikatnya. Bleki, go! Dia berdiri dan mengikuti langkah saya berjalan menyusuri tepi jalan.
Sampai tiba di simpang jalan menuju jalan raya kami berpapasan dengan seorang gadis. Seorang perempuan muda berhenti di hadapan kami, terlihat dia mengenakan uniform sebuah super market, matanya memandang saya dan anjing.
Selamat malam Opa! Katanya. Malam! saya menjawab. Lalu perempuan muda itu membungkuk dan membelai kepala Bleki. Anjing yang manis, iya enggak sih? Katanya ragu. Bleki mendengus, buntutnya terangkat ke atas dan bergoyang-goyang, tapi mahluk itu tetap sopan tidak berlebihan, hanya matanya saja bergantian menatap gadis itu dan mata saya.
Siapa nama kamu?
Bleki! Kata saya.
Cute! Katanya. Lalu perempuan muda itu berdiri dan permisi.
Oke, Opa hati-hati! Katanya. Saya mengangguk. Anda juga!
Kami lalu meneruskan perjalanan yang belum separuh, dan Bleki sesuai waktunya memohon berhenti di dekat tiang listrik dan saya mengabulkannya, lalu anjing itu mengangkat satu kaki belakangnya dan mengencingi tiang listrik. Setelah dia lega, kami melanjutkan pekerjaan malam rutin ini.