Sarah mengambil satu buku berwarna emas dan menjelaskan bahwa ini ditulisnya beberapa tahun lalu dan sudah terbit dan terkenal di luar negri. Saya membukanya beberapa lembar, namun saya tidak concern karena saya kurang mudeng literatur luar negri. Lagian saya juga kepikiran gadis muda saya yang sedang menunggu saya di rumah besarnya di kota saya.
Tetapi Lady Sarah sungguh memikat dengan culturenya dan saya menikmati dan terus memandangnya merokok sigaret panjang dengan aktingnya yang memesona.
Kau bisa memakai kamar sendiri untuk bermalam! Katanya menawarkan.
Okeh, that's fine! Jawab saya sopan.
Lalu kami melanjutkan minum beberapa kali sampai sedikit nggliyeng, lalu dia bangkit dan membimbing saya ke kamar yang ditawarkannya kepada saya, sebuah kamar yang juga luas dan gemerlap berisi benda-benda impor.
Terima kasih! Kata saya. Okay! Selamat malam! Sahutnya berjalan pergi. Lalu saya membuka pakaian dan memyisakan underwear, menuju peraduan sebuah kasur yang maha lembut, memakai selimut dan mencoba memejam.Â
Tapi ternyata mata ini menentang, kerna sudah 60 menit saya tidak menguap. Akhirnya saya bangkit dan berjalan keluar kamar mencari kamar Lady Sarah, saya mendapati pintu kamarnya sedikit terbuka dan saya melangkah masuk, lalu naik ke atas tempat tidurnya.
Aku insomnia! Jelas saya. Dia menjawab sama. Lalu lengannya merengkuh tubuh saya dan saya membalasnya, lalu kami melakukan seperti  yang dilakukan pada umumnya, di setiap hari dan di setiap malam pada umumnya sampai kami tertidur di tepi pagi.
Keesokan paginya saya permisi untuk kembali ke kota saya, sebelumnya saya online ticket untuk terbang pulang menemui gadis saya di rumah besarnya.
***
2 minggu sesudahnya, saya dan gadis saya menerima 1 paket kiriman buku yang dikirimkan oleh Lady Sarah. Saya membukanya dan melihat satu bukunya yang pernah diperlihatkan kepada saya waktu itu. Sampul bukunya diberi signature "Love"Â dan terlampir pula sehelai surat yang memohon agar saya bisa menyampaikan bukunya ini ke editor saya di kota saya.
Saya lalu membaca bukunya dan saya tidak menyukainya, tetapi saya tetap mengirmkannya ke editor saya.
***
Kini setelah sebelas tahun berlalu, editor saya tidak juga memberi kabar untuk menerbitkan buku tersebut, kecuali satu yaitu cerpen yang saya tulis ini malah diterbitkan. Ya sudah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H