Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ranjang Gelap

22 Februari 2022   12:04 Diperbarui: 22 Februari 2022   12:15 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from pixabay.com

Tidak! Wanita itu memotong bicara saya. Kita harus mencari hotel! Putusnya.
Baiklah! Jawab saya. Kita berangkat..

Saya pun berpakaian celana jins dengan atasan long sleeve dan menutupnya dengan cardigan, mengambil lengan rampingnya dan membawanya keluar apartemen. Memanaskan engine SUV saya yang beku, lalu tak lama kami sudah lepas ke dalam highway yang penuh embun hujan.

Beberapa motel kami lewati sampai disatu hotel berwarna grey dan kami bersetuju memilihnya. Hotel itu bernama Dream Village. Memarkir kendaraan di ruang parkir yang lengang, kami pun melangkah menggapai lobby. Memesan kamar nomor #17 yang terletak lebih ke bawah dengan pemandangan yang lebih tersembunyi.

Pintu kamar terbuka dengan kartu infra merah dan kami berpelukan lagi di antara lorong pintu dan tempat tidur. Dia menarik keatas sleeve saya dan saya melepaskan skirt piecenya, sehingga sebagian kulit kami bersentuhan. Saya menciumnya dalam dan dia membalasnya sebelum mata indahnya memerintahkan saya untuk mematikan lampu kamar. 

Lengan saya mengambil tombol pemantik lampu di tembok dan menekannya, serentak saja ruang kamar menjadi gelap total. Saya demikian surprise, mengapa kamar hotel itu demikian gulita saat lampunya dipadamkan, dan sumpah, saya tidak pernah sekalipun mengalami kegelapan seperti ini.

Ah! Ini teramat gelap! Ucap saya. Apa ini? Apakah kita berada di bawah tanah bumi. Saya pikir saya tidak bisa melakukannya disini!
Aku juga tak bisa melakukannya sayang, aku sulit bernapas! Balas wanita saya.
Tapi..kita bisa mencobanya, Babes! Saya menegonya.
No! saya bahkan tak mungkin bisa mencobanya! Dia berkata tegas.

Akhirnya saya mengalah dan menyalakan kembali lampu, lalu kami kembali mengenakan bagian pakaian kami yang terlepas kembali lengkap seperti semula.

Kemudian kami meninggalkan hotel abu-abu Dream Village tanpa suara, menuju mobil terparkir dan saya menginjak gasnya perlahan menuju highway yang masih basah. Mobil kami melaju menuju luar kota untuk mengantarkan perempuan ayu itu ke tempat tinggalnya. Itu memakan waktu 11/2 jam dan saya sama sekali tidak keberatan mendropnya.

Aku akan menelponmu esok pagi! Katanya saat kami berpisah.
Saya mengangguk mengiyakan lalu memutar balik menuju kota apartemen saya, dengan hujan dan senja yang tua yang telah hampir hangus untuk membawa kendaraan saya menuju peraduan saya.

Menjelang malam saya tiba di apartemen dan segera masuk ke dalam ruang tidur saya, saya melepas baju dan kembali bercelana pendek untuk merebahkan tubuh saya di ranjang. Sebelumnya saya mematikan lampu kamar tidur saya dan saya masih mendapati secercah cahaya, tidak seperti di kamar hotel yang pekat gulita saat semua lampu dipadamkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun