Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggilan Kejenuhan Supermarket

12 Januari 2022   15:24 Diperbarui: 12 Januari 2022   15:33 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber picture dari pixabay.com

Meraup beberapa buah apel dan pisang dan tomat di bak terdepan sebelum menyusuri gang consumable dapur dan toilletes. Tak menyadari bahwa tangan saya telah bergerak mahir dalam meraih barang-barang habis ini, lalu beralih ke aisle lain untuk mencari minuman kaleng.

Saya memotong beberapa lorong saat melalui deret makanan kemas, melihat seorang checker wanita yang sedang membungkuk mencocokkan barang di rak terbawah. 

Kembali saya mengalami dejavu supermarket, saat melewati bagian belakang pramumarket itu dengan mengalami adegan slowmotion.  Dua kaki indah tersaji sebagai satu-satunya titik pesona belanja rutin di supermarket yang jenuh.  

Kini saya memperoleh waktu yang saya perlukan, tetapi saya tak mengambilnya. Saya lanjut mendorong keranjang logam saya yang sempat tersendat di latar checker perempuan muda itu, untuk kemudian beralih ke arah tujuan, yaitu lorong-lorong tumpukan likuid.

Menghisap udara sekejap untuk menghapus rona di kepala yang baru saja mempertemukan rencana terhadap kejadian yang tidak terealisasikan, saya berdiam sejenak.

Sehabis terkumpul massa di otak saya, saya mulai mengurut beberapa larutan pemanis dan cans of beer, tak lama mereka pun bergelindingan ke alas jeruji keranjang kawat belanja saya.Beberapa candy dan batang coklat yang tersaji di rak sebelahnya juga tak urung saya raup. 

Dan saya pikir, waktunya  akan segera berakhir, saya kembali merekap potongan kertas list belanja saya lalu menyimpannya kembali ke saku.

Setelah beres semua list, saya mendorong kereta ke lorong meja checkout. Seorang gadis dengan celemek kerja berdiri  dengan senyum menyambut. Saya membaca nameplate yang tergantung di dadanya yang bertuliskan Susan.

Gadis itu menatap saya dan menyapa.  Hai! Bagaimana kabar anda?
Baik! Saya menjawabnya.

Lalu dia mulai menabulasikan pembelian-pembelian saya dengan tanganya yang cekatan, mengusapkannya ke sensor barcode dengan penuh perhatian. 

Saya memperhatikan parasnya dan berpikir bahwa nona ini tidak akan pernah menyadari bahwa lelaki yang berdiri di hadapannya ini, hanya dua menit yang lalu, telah mengalami satu perebutan dari sebuah rumah sakit jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun