Saya kurang mengerti semulanya, bahwa apakah mereka selebriti atau seperti selebriti atau bergaya ala selebriti. Maksud saya ketiga wanita yang telah saya kenal ini, apakah mereka bersaudara? Bisa dikatakan begitu, karena mereka memang mirip bagai kakak beradik.Â
Namun saya tak jelas mengetahuinya dan kurang begitu ambil pusing dengan hal ini, apakah mereka bersaudara atau teman dekat atau teman yang disatukan karena memiliki sifat dan fisik serupa? Namun yang saya tangkap jelas, 3 perempuan ini memiliki interes yang sama.
Maaf, dari sisi sehari-hari yang saya lihat, sejak mula kami berinteraksi, benang merahnya adalah mereka kerap bertengkar satu sama lain, dan obyek ataupun subyek yang mereka pertengkarkan adalah selalu sama, yaitu soal lelaki.Â
Mereka bisa berdebat sampai senja mengenai bahkan satu lelaki saja, dan hanya terpisahkan dengan misuh-misuh mereka, yang mereka bawa sampai ke tempat tidur masing-masing, itu pun dengan janji penuh marah, bahwa debat ini tidak boleh berhenti dan akan dilanjutkan di kemudian hari
Kelebihan lain dari 3 puteri ini adalah kegemaran mereka akan pesta dan ngerumpi, menandai kalender untuk tanggal party dengan tanda silang merah pewarna bibir. Tak pernah satu kali pun, jadual itu terlewati. Biasanya akan ada rumpi yang lebih riuh sebelum hari pesta dan akan menjadi lebih riuh sepulang party.
Sekali dua party, saya pernah memenuhi hasrat mereka, tapi sesudahnya saya mana tahan, karena tidak hanya berisi gosip terutama tentang pria, namun mereka juga suka mengerling, main mata, bahkan menggoda. Tapi sudahlah! Saya quit!Â
Suatu saat sepulang pesta saya utarakan kekesalan saya. Dan mereka membanting pintu bersamaan sambil berbicara rancu yang tak jelas, seakan saya ini satu-satunya lelaki ganjil di muka bumi, tertangkap dari bisik-bisik dan  rutuk mereka.
Keesokannya salah satu princess tertua tampak tidak mengacuhkan saya, saya merasakannya karena sudah mengerti kebiasaan satu-persatu dari ketiga wanita khas ini. Ya, perempuan tertua ini seperti menjadi motor dari 3 serangkai ini. Sebetulnya dia adalah seorang nona yang lincah dan supel, meski telah beberapa kali menikah yang segera diikuti beberapa kali pula berakhir dengan perceraian.
Tak selang beberapa lama, hadir pula wanita penengah, sebenarnya dia cantik, tapi dia selalu memilih dan hanya tahan dengan hubungan yang singkat dengan pria, terkadang dengan beberapa lelaki, berkencan hanya untuk memenuhi rasa penasarannya saja kepada seorang lelaki, sehabis itu selesai.
Perempuan ketiga belum tampak hadir di ruang tamu untuk bergabung, jadi hanya saya wanita pertama dan wanita kedua. Saya duduk di sofa seberang membaca gajet, sementara kedua lady ini terus saja berbicara dengan antusias, bagai sebuah diskusi yang menyengat yang tak lain membahas lelaki-lelaki siapa lagi yang akan menjadi lelaki berikutnya.Â