Separuh tahun silam saya luntang-lantung, saya hanya berjalan hilir mudik lebih banyak di sekitar mobil-mobil itu. Maksud saya parkiran mobil-mobil mewah yang biasa di supiri dengan sistem valet. Bukan apa-apa, saya menyukai mobil-mobil hebat itu, mobil mewah supercar, aerodinamik dengan silinder besar dan built-in. Mobil-mobil mengkilap dengan gerung  underground,  dan kecepatan 'setan'.Â
Saya memang pernah bekerja di bengkel kendaraan, tapi khusus kendaraan jenis truk. Saya tidak lama bekerja di vehicle tersebut, karena saya kehilangan passion dengan mobil-mobil gerobak  itu.Â
Sesudahnya saya melamar ke bengkel mobil sedan, tetapi tak pernah diterima, selalu gagal entah mengapa? Kata supervisor, jalan pikiran saya terlalu potong kompas, tidak cocok dengan pola perbaikan mesin yang sistematis. Meski mereka mengakui saya mempunyai ketrampilan lebih, terutama ketrampilan tangan saya untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat listrik atau mekanik. Entahlah, saya pikir, persetan dengan alasan-alasan mereka untuk ujung-ujungnya menolak saya bergabung.
Akhirnya saya luntang-lantung lagi tanpa job yang jelas, asal bisa untuk makan dan merokok satu-dua hari, saya masih sanggup untuk mencari uang. Pekerjaan apa saja saya lakukan, asalkan berdekatan dengan mobil-mobil dan turunannya. Dari tukang cuci mobil hingga tukang parkir, saya bertahan hidup sembari tetap memelihara passion saya kepada mobil mewah.
Terakhir setelah bergonta-ganti, saya bekerja sebagai sopir, saya meresapinya sepanjang masuk ke dalam relung panggilan hati. Meski saya suka ngebut, majikan saya menyukainya. Katanya saya adalah sopir pintar yang pakem engine, saya diam saja mengakuri pandangannya.Â
Majikan saya yang kaya gila atau crazy rich menggiring kepada penampilan saya jadi pesolek. Di awal kedatangan saya yang semula kumal, kini saya perlente, bertampang licin dengan kumis kecil, cocok sebagai driver berkelas. Saya terkadang juga menghisap cerutu persis kayak bos saya.
Jika waktu bos senggang atau idle, saya diperbolehkan membawa mobil mewahnya berkeliling, hati saya berbunga-bunga dan ngebut sesuka jiwa. Hingga sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya kejebur ke pelimbahan juga.
Satu sial ketika saya tidak waspada memacu kendaraan di jalan tol bersama gadis saya, dan saya tahu saya melewati batas kecepatan masuk akal dan kami tak ayal terguling menumbur pembatas beton, supercar majikan saya pun ringsek tanpa bentuk. Beruntung saya masih selamat, kelimpungan, dan menelpon majikan yang tentu saja saya kena damprat langsung dipecat.Â
Saya pun nganggur lagi, masih untung tidak diproses. Menyesal? Tidak juga, karena passion saya tetap kepada mobil keren, malah bertambah, saya igin memilikinya. Yak! Mobil mewah itu!
Tak lama liren, saya pun apply untuk menjadi juru parkir valet, namun mereka menolak mentah-mentah, karena portofolio buruk saya diam-diam sudah tersebar. Tapi saya tak sakit hati dan dengan tersembunyi saya kasak-kusuk untuk menjadi supir tembak parkir, mungkin dua-tiga kali dalam satu bulan. Saya sendiri kerap mengunjungi area parkir valet itu, untuk melihat mobil-mobil jetset yang bisa memenuhi hasrat hati saya.