Kevin merasa memiliki lubang di tubuhnya, tapi tanpa rasa kesakitan melainkan penderitaan. Kevin pergi ke dokter tapi dokter tidak menemukan sesuatupun apalagi lubang, seperti yang dikeluhkan Kevin. Â Fisiknya sehat, kata dokter. Tapi Kevin bersikeras tetap memiliki bolong dalam dirinya.
Sakit tau! Curhatnya.
Mama Kevin berpikir jika anak indonya ini hanya kelelahan musabab terlalu banyak aktivitas di medsos. Kevin perlu istirahat lebih lama, nasihatnya kepada sang putra.
No, Moms! Kevin bukan generasi rebah, jika Kevin rebahan, bolong itu semakin terasa Mommy! Debat Kevin karena merasa dia yang memiliki tubuhnya sendiri, bukan orangtuanya. Â
Mama Kevin menjadi tidak sabar, karena dokter sudah menyatakan tidak ada yang bolong di dalam diri Kevin, dan pula telah memberi dosis penenang diri. Tapi Kevin membuangnya, karena Kevin beralasan bahwa dia bukan pemuda setres.
Obat itu tidak bisa menutup lubang! Jelas Kevin kepada Mama.
Oke, young man! Sekarang maumu apa? Mama Kevin menantang anaknya untuk mandiri dalam mengatasi kesulitannya.
Kevin terlihat memutar otaknya yang juga menandakan bahwa otaknya juga sedang berputar. Dia kemudian menceritakan kepada mamanya pengalaman yang diingatnya, ketika mamanya kehilangan satu butir mutiara  dari untaian kalung mutiara milik Mamanya.
Mama ingat kan, soal kalung mutiara itu? Balas Kevin untuk mengingatkan kisah.
Mama Kevin tidak menjawab, bibirnya langsung terlihat kelu, wajahnyapun berubah mendung.
Itu menyakitkan, tau Kevin! Mama menyela, kenapa Kevin tega mengungkit peristiwa silam itu.Â
Itu adalah sebuah peristiwa ketika mamanya kehilangan satu butir mutiara dari kalung yang sangat dicintainya. Dan ketika satu butir mutiaranya hilang itu harus digantikan dengan butir mutiara yang berbeda sebab tak tersedianya stok yang serupa, Mama Kevin merasa nyesek.
Dimana kalung itu? Kevin dengan kejam mendesak Mama kandungnya. Dan perempuan itu tersengguk sampai menitikkan air dari mata.
Sejak diganti dengan sebutir mutiara yang berbeda, kalung itu sudah tidak sama lagi, Kevin! Mama merunduk lara dan Kevin jadi tidak tega, dia menyesal, lalu memeluk Mamanya. Kedua ibu beranak itu berdekapan.
Semenjak kejadian itu Mama bisa memaklumi kebolongan yang ada di tubuh Kevin, meski Mama secara fisik tidak dapat melihat lubang itu, tapi dia dapat merasakan lubang itu.
Kita harus melewatinya, anakku lanang!
Begitu Mama Kevin memberi semangat. Â Hingga pada satu ketika Kevin merasakan lubang itu seperti jurang, mama tetap menghiburnya sampai rasa sakit dari lubang itu terlampaui. Mama mengipasi Kevin yang dipikirnya bisa mengurangi derita anaknya, namun kelihatannya sia-sia.