Saya pun hancur, kehilangan yang tanpa kabar. Saya ambruk kena 'ghosting' Raisa. Tak tau lagi mencari ke mana, kerna setelah menanti berhari-hari sampai berminggu tak terdengar cerita tentangnya. Nomor kontaknya pun sudah tak pernah terjawab hanya berbunyi, cenut-cenut, ketika setiap hari saya hubungi walaupun saya sadar itu suatu kesia-siaan saja.
Akhirnya saya pasrah dan menyadari sudah pasti kehilangan Raisa yang cantik dan merdu suaranya, Raisa yang meninggalkan luka parah dan sejarah kelam cinta saya. Entah selanjutnya, berapa lama saya mengalami musim murung, makan tak enak dan tidur tak nyenyak, hingga di satu titik saya bisa tegak kembali menyimpan luka ke bagian terdalam dan sudah melupakan Raisa di permukaan kehidupan saya. Istilahnya saya sudah move on.
Setahun setelah kehilangan Raisa, tiba-tiba saya kembali bertemu dengan sahabat lama saya yang hampir terlupa. Saya sedikit kurang suka dan menunjukkan muka bete, tapi sahabat saya tidak menanggapi, wajahnya yang penuh keingintahuan masih saja dibawa serta, dan saya tak pernah lupa akan wajah kepo ini. Â Sementara saya diam saja, kali ini dia banyak sekali mengoceh tentang kisah-kisah masa lalu, kadang membuat saya jengkel, saat ceritanya menyakitkan, kadang membuat saya senang bila dongeng masa lalunya menyenangkan. Akhirnya dia berkata.
Kamu tau, Bro. Kisah terakhir yang kudapat?
Apa? Sekarang terbalik, saya yang menjadi penasaran.
Saya melihat wajah keponya muram. Ketika dengan suara perlahan dia menceritakan dengan serius tentang seorang perempuan penyanyi yang pergi dan telah melukai hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H