Hari ini hujan panjang banget, air yang tercurah seperti lidah-lidah yang hendak menelan bumi masuk kembali ke langit. Dimulai sejak dini yang rabun hingga siang tanpa warna, gumpalan kabut dan angin di atas, kompak mendorong air yang jatuh memukul tanah seperti godam.Â
Jalanan kota menyerah ketika drainase memuntahkan kembali alunan likuid yang menjadi beban tak terperi, sehingga air berlari kesana-kemari, menaiki 'hotmix' jalan. Seketika pun air tak lagi memiliki ruang, berkejaran lalu saling menindih, berebutan tanpa henti saling mengatasi.Â
Lalu terjadilah genangan-genangan yang segera pula saling melapis, mulai menaiki pagar terus meranggas dinding-dinding beton rumah, bangunan, dan meninggalkan kolam.
"Banjir! Banjir!" Bapak-bapak berteriak, ibu-ibu menjerit dan anak-anak berkecipuk. Pagi yang tadi lelap telah terlelap bah. Pemukim yang memiliki rumah tingkat berevakuasi mandiri ke lantai berikut, sedang pewaris rumah lantai tunggal sebagiannya mengungsi, sedang beberapa yang pemberani masih bersikeras nongkrong di atas genting. Mulai sudah kesibukan perahu berbahan karet hilir mudik menyapa korban, memeriksa dan mengangkut penduduk yang menyerah harus merelakan griyanya.
Sementara di kantor penyelidikan kota banjir terlihat kesibukan super berkolaborasi dengan badan peramal iklim, para cendekia tak berhenti mengulik celah teknis untuk menaklukkan tumpukan air. Maklum segala upaya telah di 'update' beberapa bulan sebelumnya, dari cetak biru yang sudah dibuat jauh semasa kumpeni. Namun air tetaplah air, dia menenggelamkan sekaligus sebagai pelepas dahaga.
Sementara berita-berita ternama kota yang selalu memunculkan suara sama, kembali memunculkan kutipan yang sama seperti paduan suara.
"Hujan turun ekstrem senilai 200 sedang selokan cuma mampu100, jadi kita tekor cepek!"
"Banjir onlen atau banjir kiriman, membikin kas tanah kering tambah defisit". Demikian berita tertulis.
Sedang di pojok ruang pengungsian yang riuh terlihat sosok anak kecil bertubuh kering menyendiri duduk kedinginan, seorang relawan yang baik hati menghampiri dan memberikan selimut bantuan dan sebungkus biskit. Dituangnya termos air hangat sebagai penghangat perut mahluk kecil itu.
"Kamu sapa?"
"Pon"