"Maradona Napoli Ti Ama Ma L'italia e La Nostra Patria " (Maradona, Napoli mencintaimu tapi Italia adalah tanah air kami). Italy 1990 world cup, tuan rumah Italy vs Argentina. Disinilah panggung yang sudah dirahmatkan dari atas, ketika D10S membelah Napoli Italia dengan pisau sepak bola cintanya ke dalam keriuhan di rumah angkatnya, stadion San Paolo.
Dan benang merah Ernesto Guevara ' el Che' sang revolusioner sejati, pejuang  lintas kemiskinan, kelaparan dan kesakitan,  begitu nampak dalam inspirasi perjuangan revolusi sepak bola 'Dieguito' Maradona.
Serta merta, bersama nyanyian 'O Surdato 'Nnamurato',  para Neapolitan menghormatinya dengan sendu sang pejuang yang penuh cinta, menghantar lewat langit biru Naples, kepulangan sang perekat  marwah utara - selatan Italia, seorang putra kesayangan Argentina 'La mano de dios' ke haribaan gerbang keabadian 'Jardin Bellavista' yang senyap.
Kapten Albiceleste, Diego Armando Maradona pemain sepakbola terbaik dunia meninggal Rabu lalu di rumahnya di Buenos Aires karena serangan jantung, mengakhiri hidup yang dipenuhi oleh kemuliaan sepakbola di planet bumi ini.
Bahwa dia bermain sepakbola seperti 'Dewa' tergambar pada pemujaan di seluruh dunia, khususnya di tanah air Argentina dan tanah kedua Napoli dimana dia berada pada puncaknya.
Berasal dari Villa Fiorto yang kumuh dan tak diperhitungkan di pinggiran Buenos Aires yang kerap didera hujan yang membawa aliran sampah ke jalan semi tanah, dimana saluran pembuangannya terbuka dan membengkak.
Anak bola sepak jalanan, Diego kecil sangat memahami artinya diskriminasi dan diejek oleh kelas menengah dan atas ibukota. Sehingga identifikasi sosok sepakbolanya jelas tergambar merupa menjadi perlawanan diri dari kesenjangan yang gamang.
Perjuangan budaya jomplang 'Che Guevara' menemukan pemenuhan dalam dirinya ketika Maradona menjelma menjadi dewa sepakbola yang berurusan dengan derita takdir kemiskinan selatan Napoli dari diskriminasi utara. Dan lalu mengubah Napoli dari 'terroni' menjadi warga terhormat.
Layaknya memindahkan perjuangan untuk kehormatan Bohemian Boca dalam perlawanan panjang terhadap River Plate nan borjuis. Sampai mencapai kekikinian, kemesraan dengan Napoli bukan sekedar urusan sepakbola namun jauh lebih dalam, untuk sekaligus mengubur ejekan menyakitkan dari tajuk berita saat kaki pertama sang 'Campeon' dijejakkan, 'Klub termiskin Italia merekrut pemain termahal di dunia!'.
Boca, Naples dan Barca pernah bersejarah dengan Maradona, serasa bermain dengan kekuatan tim ganda, tim itu sendiri dan Maradona sendiri. Standing sebagai 'offensive midfielder' yang memiliki lisensi penjelajah dengan keistimewaan sepenuhnya nomor sepuluh, Maradona akan menjadi mahluk lapangan tengah yang menakutkan. Kaki kuatnya yang kidal seperti menjadi kekuatan tersembunyi, dibalik 'dribble' nya yang menawan.
Sementara barisan pertahanan lawan akan mulai berdebar, ketika Maradona mulai bergaya sebagai pemain jalanan yang sombong, Â bersama bola yang seperti terikat di sepatunya. Membungkukkan sedikit bahunya, tubuh gempal, pendek dan kekar, segera menjadi pusat gravitasi yang merendah ke tanah, membawa ancaman yang solid, licin menggeliat, bagi para pemain bertahan. Mata kecilnya akan merekam dalam sepersekian detik sedikitnya tiga orang penghadang di depannya untuk melewati 'tackle' mereka.