Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bintang Jasa Bukan Lagi Persoalan Fahri dan Fadli

12 Agustus 2020   18:27 Diperbarui: 12 Agustus 2020   18:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fantasitic Two, Fahri and Fadli, ini beruntung lebih bebas diri ketimbang Said Didu, Refli Harun, Din Syamsudin ataupun Gatot Nurmantyo yang pernah menjadi bagian pemerintahan Jokowi. Jadi Fahri dan Fadli lebih genuine. Juga tidak terlihat oposisi model Rocky Gerung. 

Dibanding pertemanan dengan mereka,  Fahri dan Fadli ini adalah pengkritik yang lebih bare atau telanjang, bisa dilihat lurus alurnya enggak mencang mencong atau belak belok, lepas dari gesture atau kontroversi atau diksi yang di engineer yang kelihatannya hanya sebagai pressure disisi politis saja. 

Dibandingkan dengan kritik "anti dungu" Rocky, yang lebih keilmuan dan sepintas berlevel" hype" dan langsung memikat intelektual terlebih kaum muda, namun banyak hal ketika dihadapkan langsung kepada argumen yang aplikabel, lalu goyah, sering menjadi mubasir, karena langsung dibuang ke arah semantik yang notabene pindah kelain bab, dari suatu buku yang baru untuk tetap terjaga kemenarikannya. Sehingga kritikan Rocky, berada di pheripheral kampus atau on/offline panggung saja atau paling emak emak di moment lapangan selebritis praktis.

Jika diamati, kritik "brutal" mereka berdua, Fahri and Fadli, bisa dilihat benang merahnya bukan menjadikan personal atau bahkan bukan ditujukan melulu kepada kebijakan dari presiden Jokowi, kalau lebih mau dipilah lebih dalam, kritik mereka lebih banyak malah menyasar kepada cara kerja dan kompetensi pembantu pembantu presiden yang kadang langsung tergambar auto solusi tanpa perlu didetil.

Membahas apakah menjadi serba salah, menerima bintang ini menjadikan mereka "jinak" untuk mengikuti alur patainya atau menolak dan membuat mereka "hero" dari identitas kubu eks pilpresnya, ini sih bukan soal lagi atau boleh dikata membahas barang basi. Bisa saja terjebak kedalam politik praktis atau transaksi yang mungkin sudah kuno buat mereka. Fahri dan Fadli sudah teruji bertahun, dari semasa aktivis mahasiswa, reformasi hingga sekarang, jika dinilai lebih komprehensif mereka sangat konsisten dijalurnya dan jelas bukan kaleng kaleng.

Apakah dengan penghargaaan ini pemerintah sedang melakukan "bridging" untuk kedua pengkritik masif ini, untuk melemaskan relasi kritikus garis keras misalnya dengan menawarkan "office affair" kepada keduanya, seperti jabatan berkelas nasional, "who knows"? 

Namun harapannya melihat urat Fahri dan Fadli, mereka tidak akan goyah dan tetap bernyala dan bernyali baik ada maupun tiada bintang maha itu. Kalau iya, maka mereka termasuk mahluk langka yang jauh berbeda dengan orang orang yang begitu suka berkelompok menyuarakan kritik yang  idealis, namun sangat terbaca interest muatan politik latennya. 

Jadilah duo F ini, seakan tidak pernah pecah atau melakukan talak, kerna kepentingan politik mereka masing masing sudah memiliki marwah dari suatu institusi partai yang konstitusional. Sehingga kritik yang mereka lontarkan jauh dari muatan lain atau bahkan jauh dari balas dendam atau sakit hati.

Dengan kata lain dari ujung awalnya Fahri Hamzah dan Fadli Zon emang sudah memiliki darah candra dimuka politik asli dan sangat mengerti oposisi, ketimbang tokoh tokoh yang rekam jejaknya mauan, terus sekarang berubah, menempelkan label perjuangannya yang malah jadi terlihat oportunis.

Mungkin Jokowi mempunyai sudut pandang positif kedepan, yang mudah mudahan sama halnya dengan kedua calon penerima bintang negara ini. 

Tujuannya sama memajukan Indonesia dengan jalan tidak mengambil kepentingan pribadi atau kelompok. Bisa saja macem macem sudut atau analisis di lontarkan, yang jelas hati orang siapa yang tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun