Sehabis ragu menetapkan batas malam
dan galau memendam batas pagi
Akhirnya setelah melewati tanpa batas yang jelas
Pagi menemukan miliknya
Mengurai selendang marunnya ke langit
Menghentikan sepoi sisa kemarin
Seperti syal merah di leher jenjangmu semalam
Lalu dia membiarkan bayang hutan untuk membebaskan hijau
Seperti membebaskan huruf huruf tajam puisimu
Lalu dia menjejakkan kaki panjangnya seperti teratai
Mungkin bersiap terbang mengepak bulu bulu sayapnya
Aku berlari menaik untuk mengejar pagi
berharap apakah dia setinggi bukit
Aku berpikir pasti dia dikirim dari negeri yang belum pernah kudengar
Aku selalu mencari pagi
Pagi yang selalu menyisakan ketakutan
Apakah ini benar benar pagi puisi indahmu
Yang begitu singkat untuk dibenamkam di ufuk terbarat
Oleh meja meja lama berkarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H