Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Kusuh Semakin Tua

30 Mei 2020   14:45 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:00 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Susann Mielke dari Pixabay

Ketika saya sedang menganggur dirumah seorang kawan, kawan itu menegur, kata dia buat apa melamun saja tiada guna. Lalu kawan ini mengajak saya berkunjung ke sebuah tempat keramaian, sebenarnya saya kurang berminat, namun saya menurut saja, enggak enak karena saya sering minjem uang kepada teman saya ini. 

Saya berpikir bahwa keramaian yang ditawarkan kawan itu sebuah tempat pelancongan, mol atau paling tidak pasar. Makanya saya segera pulang berganti pakaian rapih. Ngapain pake baju rapih segala, orang kita enggak kemana mana. Loh? Saya merasa culun. Begini, kita enggak kemana mana, kita berselancar, katanya. Surfing maksud, loh? Saya masih belum mudeng. Kita brosing, bro! jelasnya lagi. lalu saya mengangguk saja, ketika dia kembali ke laptop yang udah enggak lucu lagi, lalu menyalakan. 

Dan membuka sebuah laman yang bernama Keramaians, pake es. Nih, daripada bengong, kamu bisa membaca menambah beragam ilmu yang tidak diajarkan di sekolah. Kamu juga bisa menulis apa saja. Saya mengambil mos dari tangannya dan menggeser halaman, dengan maksud lebih kepada basa basi busa, kerna saya tidak menulis. 

Entar aja, bro. kataku halus menolak. Iya enggak apa apa.Tapi bolekan saya meminjam laptopnya? Ah, kamu kebiasaan minjem mulu. Maklum lah, bro. Yaudah sonoh bawa, katanya merelakan. Tapi menulis ya! Perintahnya. Baik bos! Saya mengiyakan meski tidak yakin kerna nilai menulisku sejak dari sd sampai st yang tidak tamat, jelek semua. Eh, jangan nonton preng milyarder berbaju rombeng, sama tigtog, yah! Kawan tadi teriak. Iya boskue, aku menjawab ngasal.

Itulah awal perkenalan saya dengan Keramaians, suatu halaman yang semula membuat saya tidak percaya diri menulis berangsur angsur merasa menjadi penulis dan tumbuh menjadi pribadi yang sesungguhnya. Ternyata menulis sangat berpotensi mengubah segalanya, bahkan dipercaya bisa mengubah dunia. Walaupun dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah, dilagukan GodBless, yang adalah sebuah grup rock gaek, lejen yang saya kagumi. 

Berangkat sebagai penulis muda, kacangan dan kaleng kaleng, saya memberanikan diri untuk menulis ke halaman Keramaians. Meskipun pertama saya hanya mendapatkan jero laik dan satu pembaca, namun itu cukup membuat saya sukak, saya bisa membaca tulisan saya berulang puluhan kali, bahkan saya membacanya sebelum tidur seperti dongeng sebelum tidur. Itulah pengalaman pertama yang sangat berkesan didalam hidup saya. 

Saya pun memberitakan kabar gembira ini kepada kawan saya. Dan, mulanya dia juga mendengar dengan hati senang, tetapi mengatakan, wah jeblok ituh! Waktu dia tau jumlah pembacanya. Saya yang sedang berada didalam eforia, merasa bodo amat, dengan komen kawan itu.

Matahari matahari berikutnya saya menjadi rajin menulis dan membaca. Kata engkong saya, tumben sekarang saya kog rajin, ya. Kayak sedang ikut kejar paket C. Saya diamkan saja orang sepuh peninggalan kumpeni itu, supaya tidak mengganggu konsen saya menulis di Keramaians. Jadilah tulisan saya kedua dan disusul dengan ketiga, keempat dan seterusnya. Membuat saya keranjingan, melupakan makan minum, selain disamping lauknya memang itu itu saja. 

Dan dalam beberapa bulan saya merasa sudah menjadi penulis otodidak yang diakui dalam planet Keramaians itu, dengan mendapat vote yang ruar binasa. Lalu saya memutuskan menjadi penulis harian amatir yang mumpuni meski tidak profesional. Bisa pula dikatakan terobsesi oleh kegilaan menulis, sehingga apa saja saya tulis. Sementara kawan saya pemilik laptop ini, sudah menyerah untuk meminta kembali ke laptopnya. Memang salahku sendiri. Katanya menyalahkan dirinya sendiri, menyadari kenapa dia menyeret saya ke tempat yang tidak bisa 'turnback'.

Sehingga puncaknya,  setelah berpuluh puluh tahun, ketika jumlah tulisan saya di laman Keramaians, menjulang sampai ratusan juta, saya mulai dilingkupi perasaan aneh, saya merasakan seperti memiliki musuh, yang semakin lama semakin menghantui, bukan mahluk astral, namun saya tidak tahu ujudnya, meski sudah menelaahnya dengan segala cara dan teori, termasuk analisa sewot, tetap saja musuh itu invisible sebel. 

Hal inilah yang perlahan melambungkan amarah didalam hati, yang terkadang membuncah tak terbendung. Rasanya saya ingin membalas kan suatu dendam kepada entah apa atau siapa. Dan seiring pula waktu berjalan, kemarahan yang menguasai diri saya menjadi jadi, mengambil porsi yang besar dari pasion menulis saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun