Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rindu

2 Februari 2020   18:12 Diperbarui: 2 Februari 2020   18:14 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh skeeze dari Pixabay

Semula tak ada perubahan ketika abang bekerja di luar pulau. Namun bersama waktu yang perlahan menyeret, aku mulai tak terbiasa sendiri. Terlebih di awal awal tanpa tubuhmu dirumah, tanpa bau kulitmu sampai terasakan tanpa udaramu lagi. Kadang ku menyesali kesendirian tanpa fisikmu adalah bukan persoalan selama ada cinta. Sepanjang kupercayai, semakin pula tak kuyakini.  Sehingga ketakhadiranmu menjadi suatu kebohongan dari risalah hati.

Aku disudutkan pada kesendirian waktu, untuk dipaksa melihat hidup kamu, bahkan usia hidupmu. Yang selalu menggoda untuk  menelisik diluar kemampuan dimensi alamku. Rasa rindu yang selalu menanyakan apakah pula hatimu merindu sepertiku? Seberapa seringkah abang merinduku, kerna rindu ini begitu menyakitkanku. Sehingga menggoda kepemilikan hatiku sendiri yang sudah terbeli oleh rindumu. Aku sampai kehilangan hatiku sendiri, ketika waktu yang panjang merampok risalah hatiku untuk mempertahankan rindu ini 'sampe mampus'.

"Pulanglah saja , abang ku!" ku kerap berpesan kepada otakku guna menjaga keseimbangan rasa dan rasio. Perpisahaan yang terlalu lama, terlalu banyak menawarkan rasa keseharian yang mesti ku tebak, berapa kali ku merasa sakit hari ini. Kadang di film mata yang lelah menjadikan segala pandang demikian redup, memerihkan, kerna wajah abang menjadi terlalu samar.

Ketika abang pergi untuk waktu yang lama, ku diperparah dengan  kehilangan gambaran mental yang jelas tentang abang. Wajah yang ku idam-idamkan telah menjadi kabur dalam imajinasinya. Seperti banyak kekasih, ku mau menghantui hati, menggoda cinta hanya untuk sendiri sehingga abang tak melupa atau menemukan lain.

Pagi ini adalah pagi yang sudah merambah ketigaratus enampuluh lima abang melanglang, coretan di almanak yang berganti pun semakin tercakar, mencerminkan keengganan. 

Apakah cinta menyerah ke dalam waktu? Sampai susah mengembalikan hati semula. Kalbu yang hilang di tengah jarak menjadi serba tanggung tak hendak kembali, tak hendak pula berlanjut. Semua berhenti di tengah.

"Ah, kejamlah nian jarak dan waktu, abang" waktu singkat menjadi panjang dan panjang menjadi singkat. Menyiratkan bahwasanya kepulangan abang hanyalah sebuah perjalanan waktu yang tak terhentikan, menunggu sesuatu yang tidak dinanti. Hingga tibalah hari di mana kabar berhenti, yang tak lagi terasa menyedihkan kerna telah demikian terbiasa. Tanpa lagi hati rasa tersisa.

Dan waktu? Aku tak mengetahui lagi apakah ada di depan atau di belakang. Apakah itu kenangan atau harapan. Semakin kacau balau, tak lagi terpisahkan, mana yang kacau mana yang balau. Boro boro menata hati, mengembalikan hati ku pun, tak lagi kumengerti. Dan aku, seperti mahluk tersesat tanpa koordinat, kecil dan lunglai.

Tahun berjalan, sekarang  telah harinya memilik hari ke enam tahunku. Meski waktu berjalan tanpa pernah menua, tapi usia tubuhku menjadi relatif bagai menanti disisi kereta berjalan, seakan ku ikut berjalan cepat di posisi beku tubuhku.

"Aku sudah rapuh, abang". Kulirih berbisik dari atas kursi yang semakin kerap kutiduri. Kadang ku menangis, kehilangan. Kerna mencarimu, bagai matahari sudah tak terbit lagi. Hanya menelusuri hati yang hilang tercuri rindu yang tak lagi jelas. Hati yang tak bisa kembali ke semula. Menyisakan mahluk yang seperti tak lagi memiliki hati untuk merindu dan dirindu.

"Semisal kau pun tiba, aku tak akan lagi mengenalmu dari pandang mataku apalagi kalbuku" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun