Bapak menatapku, mungkin berusaha menyerap cerocosku, yang biasanya dianggap angin lalu kini dirasa seperti angin duduk. Nah lo!
"Maksudmu, Jang?"
"Anak om, Nasruk, sekarang beda, nyusruk om. Aku prihatin. Dia enggak pernah brenti menulis. Jeda makan, nulis kembali, jeda tidur, nulis lagi. mulutnya terkunci tak bicara. Ngeri, om!"
"Ah kau..?"
"Sungguh, om.." mataku terasa mau berlinang.
"Nulis apa dia, Jang?"
"Lha sastra lah!
"Kok jadi mabok gitu?"
"Nggak tau lah?"
"Sekarang dimana?"
"Kamarnya om"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!