Kebijakan gubernur Jakarta kembali mengijinkan operasional becak menuai pro dan kontra. Bagaimana dengan anda? Oke oce atau tidak setuju? Atau abstain? Atau voting? Kalo saya gembira dengan rencana kebijakan ini, hati ku seneng banget, karena I love becak! Saya cinta becak sejak pandangan pertama. Itu terekam kuat semenjak saya kelas sekolah dasar sekitar tahun 60 an.
Kesekolah naek becak, kepasar naek becak, nonton filem naek becak, kepesta naek becak, makan naek becak. Becak always. Sesendu lagu Bon Jovi, Always.
Sensasi naik becak tidak bisa kita temukan pada moda kendaraan lain, apalagi kalo atap penutupnya dibuka, sensasinya semakin exist, mengalahkan opened sunroof mobil seport. Dari sisi speed, sangat memacu adrenalin, apalagi dijalan menurun dengan sensasi rem tangan manual yang responsif. Cuman dijalan menanjak saja, kita musti tau dirilah, turun dulu,si abang napas dan tenaganya terbatas, maklum bahan bakarnya nasi lawuk sederhana. Meskipun ditanjakan kita mesti turun atau bantu dorong itu becak, ini malah menambah keseruan naik becak.
Ato, bapak pernah mengendarai becak? Ato paling enggak menjajalnya? Aku pikir disitulah roh atau spirit becakan. Silakan coba kalo enggak percaya. Parkatekin jangan teori doang! Kalo pernah kita rasakan nyetir becak, pasti kita sedih jika becak dilarang, atau bahkan bisa sampe nangis nangis menyaksikan becak digaruk apalagi di rumpon ke laut. Bisa pingsan kita.
Saya sendiri sudah merasakan sensasi nyetir becak ini, kalo enggak salah SMP kelas satu. Kebetulan tetangga depan rumahku punya beberapa becak. Kalo ada becak yang sedang off atau enggak kerja shift, saya dan teman diijinkan mengendarai becak sepanjang jalan perumahan kami. Jadi bener bener perlu keahlian koordinasi otak, pandangan mata,tangan, kaki dan tenaga. Jauh lebih sulit dari mengendarai motor atau mobil, cuman aku enggak tau kenapa becak enggak ada SIMB (surat ijin mengemudi becak). Jika ada, pasti test atau ujian untuk memperoleh SIM becak ini enggak bakal bisa sembarang orang bisa pass. Perlu physical test dan psiko test yang komprehensif untuk dapat mengoperasikan becak dengan proper.
Kedua tangan harus merentang kuat dipalang kemudi, kaki nggenjot harus kuat, karena becak itu besi dan berat pisan. Kalo sudah belok, buat balesnya berat nya minta ampun. Saya sampe beberapa kali njungkel masuk parit. Belom lagi kalo ngerem. Pokoknya susah deh.
Hampir beberapa malam kita belajar dan di training sama si abang. Seru seru ajah sih. Sehingga kita berhasil mengoperasikan becak ini dengan hasil tingkat dasar yang lumayan, meskipun belum advance.
Kala itu saya enggak pernah berpikir untuk jadi tukang becak, walaupun i love bechaks. Ibu bapak saya sempet marah marah, ketika tau saya belajar nyetir becak, mungkin mereka berimajinasi saya tertarik profesi tukang becak.
Bapak menginginkan saya masuk ITB, Institut Teknologi Bandung. Bukan ITB, Ikatan Tukang Becak. Saya merengut mengiyakan, bapak memang suka nyinyir. Meskipun saya sudah masuk ITB yang sesungguhnya,tapi saya tetap memantau perkembangan becak sampe saat ini.
Bahkan sampe saat ini saya kebetulan  di Indramayu, diperumahan kontrakan becak beroperasi dengan santai, saya suka. Pergi ke supermarket atau pasar naik becak. Rasanya cool. Cuman ke proyek saja naek mobil, abis jauh. Kasian mang becaknya. Mau coba nyetir becak? No way bro, sudah tua sekaramg. Bisa rontok tulang dan koroner. Jadi passanger saja, cukup mengobati kerinduan.
Kebijakan becak boleh beroperasi tentu saja merupakan angin segar, becak yang sudah lama dipandang sebelah mata, kini fight back. Becak reborn. Kita diingatkan kembali akan sejarah dan jasa becak, yang pernah ikut menopang perekonomian negara bahkan dunia. Juga diabadikan dengan lagu " Naik Becak" karya Ibu Sud yang sangat fenomenal, sebagai bentuk penghargaan moda tranportasi yang berkarakter khas Indonesia. Cakupannya pun luas, sebagai angkutan rakyat sekaligus barang, juga merupakan identitas budaya, yang dipakai sebagai objek pariwisata, hajat kawinan, sunatan, wisuda, perlombaan sirkus becak dan lain lain.