Mohon tunggu...
Bandung Bondowoso
Bandung Bondowoso Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Terima kasih Admin, akhirnya ter-verifikasi juga!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Jokowi Memilih KH Ma'ruf Amin?

9 Agustus 2018   23:15 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:40 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perubahan nama cawapres yang konon kabarnya terjadi dimenit-menit akhir banyak menimbulkan perdebatan dan pertanyaan bagi pendukung Jokowi. Banyak orang menyalahkan Megawati karena terlalu mengatur Jokowi. 

Tapi benarkah demikian? Dari kronologi berita di koran online, pilihan Jokowi sebenarnya adalah Mahfud MD, tetapi pada menit-menit terakhir berubah menjadi KH. Ma'ruf Amin.Ini sesuai dengan pengakuan Mahfud MD yang ditelepon pihak istana untuk menyiapkan CV untuk menjadi Cawapres Jokowi.

Pemilihan Mahfud MD oleh Jokowi ini pasti atas persetujuan Megawati. Akan tetapi perubahan nama ini menurut Romahurmuziy didasarkan dari kesepakatan partai koalisi pendukung Jokowi. 

Artinya, ini menunjukkan kebesaran jiwa Megawati untuk berkompromi sehingga mengorbankan pilihannya dan pilihan Jokowi sehingga mengakomodasi keinginan partai-partai yang lain. Kebesaran hati Pak Mahfud MD juga pantas mendapat apresiasi. Beliau menyadari bahwa dalam politik semua bisa terjadi hingga menit-menit terakhir dan beliau lebih mengutamakan keselamatan negara dibanding ambisi pribadi.

Banyak pendukung Jokowi yang mungkin kecewa dengan keputusan jokowi ini tetapi perlu dipikirkan lebih lanjut mengapa Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai wakilnya. Dari pengalamannya memerintah selama empat tahun, Jokowi dipusingkan dengan berita SARA yang selalu menerpanya sehingga pekerjaannya lebih banyak tersita menangkis berita hoax. 

Hal ini mungkin menjadi pertimbangan utama baginya, dengan wakil seorang Ulama apa mungkin Jokowi memusuhi umat muslim? Oleh karenanya, mungkin akan ada pembagian pekerjaan dimana Jokowi lebih konsentrasi ke pembangunan fisik sedangkan wakilnya ke pembangunan mental dan spiritual.

Pemilihan seorang ulama sebagai wakilnya juga akan menambah kepercayaan umat islam kepada Jokowi. Dimana selama ini, mereka lebih mempercayai Prabowo karena isu-isu SARA yang dilemparkan kepada Jokowi. Jika mereka masih mempercayai Prabowo yang tidak melaksanakan itjima ulama, maka akan menjadi pertanyaan, seperti apakah ulama kriteria mereka? Dan masihkah mereka percaya kepada partai-partai yang mengatasnamakan agama yang tidak melaksanakan perintah ulama? 

Mungkin mereka seharusnya bertanya, mengapa PKS dan PAN tetap berkoalisi dengan Prabowo meskipun Prabowo menolak calon dari mereka yang diusulkan para ulama mereka? Apakah benar yang dituduhkan Andi Arif kepada Prabowo sehingga partai Demokrat akhirnya menolak Prabowo? 

Mengapa partai-partai koalisi Prabowo yang semula kukuh memperjuangkan wakil presidennya dari partai mereka tiba-tiba begitu mudah berubah? Jika pemilih partai tersebut masih mempercayai Prabowo maka dapat disimpulkan bahwa mereka mempunyai kesetiaan buta.

 Salam Indonesia Raya, NKRI harga mati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun