"Bang, ini bukan kekalahan biasa," ujar seorang sahabat.
"Sudahlah, simpan dulu rasa kalah itu. Kita udah di penghujung Ramadhan."
"Tapi ini kekalahan yang dipaksakan. Ini bentuk kezaliman yang harus dilawan."
"Aku paham yang ente rasakan. Namun, Jangan sampai kita kalah lagi dalam merebut Piala Ramadhan. Ini kemenangan yang lebih sejati. Kita ini hamba-Nya yang lengah dan lalai dari mengingat Alloh. Sekaarang masih ada waktu kembali ke masjid, beri'tikaf dengan hati yang utuh, berdoa dengan ikhlas yang penuh, mengadukan segalanya pada Yang Maha Memiliki. Sudahlah, abaikan saja cemo'oh dan olok-olok mereka."
"Ga taulah, Bang. Belom bisa move on nih hehe.."
"Jangan tunda lagi, sana mandi. Mandi yang sempurna. Harumkan tubuhmu dengan pewangi, kenakan busanamu yang terindah. Pergi ke mesjid, hamparkan sajadahmu, sungkurkan tubuhmu di hadapan-Nya. Tumpahkan semua sesak di dada, menangislah di hadapan Sang Maha Raja Pemilik Segalanya. Semoga air matamu akan menjadi mata air kemenangan yang mendamaikan banyak jiwa..."