Ngaji Akbar Jurnalistik yang dihelat oleh Yayasan Wali Kota Salatiga pimpinan ustad gaul KH Anis Maftuhin selama sepekan terakhir di kampus yang terletak di kawasan Candi Soba, Tuntang, kabupaten Semarang, berlangsung sukses. Maklum, pemberi bekal “pengajian” merupakan sosok- sosok yang kapabel di bidangnya.
Tercatat sebagai pembicara, Umar Idris Redaktur Pelaksana Tabloid Kontan, dengan materi “Teknik menulis Jurnalistik”, kemudian penulis novel best seller Ayat- ayat Cinta yakni Habiburrahman El Shirazi alias kang Abik dan tak ketinggalan punggawa Kompasiana Iskandar Zulkarnain yang membawakan materi “ Cara menulis konten menarik di media sosial”. Para peserta pengajian yang didominasi mahasiswa- mahasiswi bak tersihir mendengarkan paparan tiga nara sumber.
Mas Iskandar yang tiba di Salatiga pagi hari bersama mas Umar, ikut “mencolek” dua Kompasianer , yakni rekan Dhanang Dhave (Salatiga) dan Guntur Cy (Surakarta) untuk ikut berbagi pengalaman menulis di Kompasiana. Saya sendiri, yang sejak pagi dikontak mas Iskandar, Alhamdulillah, handphone saya mati serta celakanya ada keperluan ke Stasiun Tawang mengantar kerabat yang akan pulang ke Jakarta. Otomatis, tak mampu mengikuti keseruan Ngaji Akbar Jurnalistik ini.
Beberapa mahasiswa IAIN Salatiga yang menjadi jamaah pengajian Jurnalistik, saat saya temui mengaku puas dengan ilmu yang ditularkan oleh nara sumber. Mereka berharap, Yayasan Wali tak kapok menyelenggarakan hajatan serupa di bulan Ramadhan tahun depan. Sebagai tindak lanjut ilmu yang diperoleh, mereka bakal membuat akun di Kompasiana agar bisa praktek atas pengetahuan yang didapatnya.
“ Ilmu yang kami dapatkan dari Ngaji Akbar Jurnalistik ini benar- benar sangat bermanfaat, tak rugi kami mengikuti pengajian ini. Apa lagi, selain dapat makalah, acara ini juga gratis alias tak memungut biaya sepeser pun,” ujar salah satu peserta sembari memuji keberadaan ustad gaul KH Anis Maftuhin.
Begadang Empat Jam
Sekitar pk 23.45, ketika saya sampai rumah usai mengantar kerabat dari Semarang, saya sempat mengetik artikel tentang Stasiun Tawang. 15 menit kemudian, saya membuka handphone, ternyata terdapat 6 panggilan dan 13 pesan, satu diantaranya dikirim oleh mas Iskandar. Bunyinya : Beliau berada di Salatiga dan meminta agar bisa kopdaran.
Begitu menerima pesan tersebut, spontan saya membalasnya dan menanyakan posisinya. Karena beliau menjawab menginap di Resto Joglo Ki Penjawi, akhirnya saya langsung menghubungi pak Iwan, pemilik resto sekaligus juga pengurus Yayasan Wali. “ Iya mas, kita masih ngobrol di sini tinggal menunggu mas Bambang,” kata pak Iwan yang belakangan saya ketahui tidak berada di rumahnya.
Hanya makan 10 menit, saya tiba di resto Joglo Ki Penjawi. Terlihat mas Umar, mas Iskandar dan mas Arif (pengurus Yayasan Wali) masih kongkow di teras. Begitu melihat saya, mas Iskandar langsung berdiri, menyalami dan memeluk hangat. Ternyata, sebelumnya beliau sudah berangkat tidur, ketika mendengar saya bakal datang pk 00.10, selimut segera dilemparnya.
Hingga akhirnya, mulailah diskusi panjang yang kadang tak jelas juntrungnya. Mas Umar yang sebelumnya ikut, pk 01.30 tak berdaya melawan kantuk, sehingga beliau segera berpamitan masuk kamar. Kendati begitu, posisinya digantikan pak Iwan selaku tuan rumah. Di temani teh hangat ditambah roti bertoping keju, jadilah begadang dilanjutkan.