Watu Gambang, yakni bebatuan yang berjajar sepanjang 20 meter di sungai Waru yang terletak di Desa Kauman Lor, Pabelan, Kabupaten Semarang, ternyata menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Sebab, dari kejauhan kerap terdengar alunan gamelan dan suara adzan.
Penasaran dengan adanya kabar tersebut, akhirnya Selasa (9/5) siang saya menyambangi lokasi ini. Beruntung, pemilik lahan bernama Harmanto (57) warga Kalioso, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga tengah berada di tempat. Ia tak menampik berita itu, pasalnya berulangkali orang mencari sumber suara gamelan serta adzan dzuhur di areal lahan miliknya.
“ Tidak setiap hari alunan gamelan itu terdengar, hanya terbatas menjelang bulan Suro. Tetapi, kalau suara lantunan adzan sering terjadi meski juga tak saban hari,” ungkap Harmanto.
Menurut Harmanto, bunyi gamelan mau pun suara adzan hanya terdengar dari jarak jauh. Sementara orang- orang yang berada di dekat Watu Gambang tidak mendengar apa pun. Hal tersebut diketahuinya ketika beberapa orang yang mendengar suara aneh mendatangi lokasi dan menanyakan perihal sumber suara misterius tersebut.
Entah benar atau tidak apa yang diungkapkan oleh Harmanto, akhirnya saya tertarik untuk melihat langsung keberadaan Watu Gambang yang berjarak sekitar 300 meter dari parkiran. Melalui jalan selebar sekitar 1 meter yang dibuat oleh pemilik lahan, hanya makan waktu lima menit sudah tiba di sungai Waru. Terlihat beberapa anak baru gede tengah bermain air di lokasi.
Bila melihat fisik batu, memang ada keanehan karena bebatuan yang lain tersebar di areal sungai, sementara Watu Gambang berkumpul jadi satu. Seakan, satu dengan yang lainnya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. “ Dulu, orang tidak bisa memasuki kawasan ini karena 25 meter sebelum sampai lokasi tertutup semacam karang besar,” ungkap Harmanto.
Setelah lahan dikuasai Harmanto, ia membelah batu karang tersebut dan membuat jalan selebar 1 meteran. Agar warga yang datang tidak terpeleset, jalan dibuat makadam menggunakan bebatuan yang diambil dari sungai Waru. Menjelang pembukaan lahan sendiri, terjadi keanehan yang membuat orang awam terpana.
Secara logika, bisa saja bebatuan kecil itu terpinggirkan akibat derasnya arus sungai ketika hujan tiba. Namun, yang membuat heran, setiap kali batunya habis karena sudah diambil, esok harinya kembali terlihat onggokan bebatuan di tempat yang sama. “ Saya berfikir positif saja, mungkin Allah SWT mempermudah saya dalam merawat tempat ini,” ungkapnya.