Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tambah Satu Bintang, Tito Karnavian Tinggal Selangkah Jadi Kapolri

16 Maret 2016   15:52 Diperbarui: 16 Maret 2016   16:04 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tito Karnavian (foto: dok tribunnews.com)"][/caption]Dengan dilantiknya Irjen Tito Karnavian menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (16/3), maka pangkat yang tersemat di pundak perwira tinggi ini bakal bertambah satu bintang. Dengan begitu, tinggal selangkah lagi Tito bakal menuju kursi Kapolri di masa datang.

Kepastian Tito bakal mendapatkan tambahan bintang satu, sebenarnya telah terendus sejak dua hari lalu. Di mana, sesuai surat telegram bernomor ST/804/III/2016 tertanggal 14 Maret 2016, ia ditunjuk menjadi Kepala BNPT menggantikan Komjen  Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Penempatan dirinya sebagai orang nomor satu di pasukan yang menangani segala bentuk teror ini, memang sangat tepat. Sebab, Tito lama berkutat di Detasemen Khusus (Densus) Anti Teror 88.

Sisi menarik dilantiknya Tito sebagai Kepala BNPT, merupakan bukti kuat bahwa dirinya mempunyai kedekatan dengan Presiden. Mulai dari penunjukannya menjadi Kapolda Metro Jaya selaku penanggungjawab ibu kota, hingga jabatannya sekarang yang setingkat Menteri, otomatis semakin memperkuat kemesraan hubungan Tito ke Istana. Saya pikir ini adalah hal yang wajar, sebab, Tito adalah perwira tinggi yang sejak awal moncer kariernya.

Ujian Tito di BNPT yang pertama adalah penumpasan gerakan terorisme kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Di mana, sudah bertahun- tahun gerombolan ini menebar terror tanpa mampu dilumpuhkan. Padahal berbagai operasi militer sudah berulangkali digelar, namun, Santoso bak orang sakti yang setiap saat bisa raib dari bumi. Diyakini, usai Tito dilantik, maka ia akan konsentrasi penuh di bumi Poso guna menumpas habis kelompok Santoso.

Sebagai perwira tinggi yang kenyang di Densus 88, ditambah pernah bertugas di Polres Poso, seharusnya Tito tak membutuhkan waktu berlama- lama untuk memberangus Santoso dan antek- anteknya. Sebab, pergerakan kelompok Santoso selama ini cukup menyita perhatian aparat keamanan. Bila nantinya Tito mampu mematahkannya, maka bintangnya sebagai Kepala BNPT akan semakin terang benderang.

Kapolri 2019

Seperti di awal tulisan saya, dengan pangkat bintang tiga di pundaknya, langkah Tito menuju kursi Kapolri tinggal selangkah lagi. Yang jadi persoalan, dirinya tak mungkin menduduki posisi Tri Brata (TB) 1 dalam tempo satu atau dua tahun mendatang. Pasalnya, Tito masih terlalu muda untuk memimpin Kepolisian RI. Ia yang lahir tanggal 26 Oktober 1964 merupakan Komjen termuda, padahal usia ideal seorang Kapolri adalah 56- 57 tahun. Bila dia dipaksakan menjadi Kapolri di saat masa aktifnya panjang, maka hal tersebut bakal menabrak tradisi.

Bila saat ini usia Tito memasuki 52 tahun, dua tahun mendatang ia masih 54 tahun yang tentunya sangat diharamkan menduduki jabatan Kapolri mengingat mayoritas Kapolri- Kapolri sebelumnya dilantik di usia 56-57 tahun. Semisal Tito diangkat sebagai orang nomor satu di jajaran Kepolisian, maka masa aktifnya terlalu panjang. Idealnya, ia nantinya menduduki jabatan TB 1 di usia 55 tahun, yakni di tahun 2019, menjelang jabatan Presiden berakhir.

Bila mengacu pada Pasal 11 UU Nomor2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI, pengangkatan Kapolri merupakan hak prerogatif Presiden. Kendati begitu, calon yang ditunjuk harus mendapat persetujuan DPR RI yang terkadang menimbulkan persoalan tersendiri. Beberapa kali terjadi ontran- ontran pencalonan TB 1, sejak era Presiden ke 4 Gus Dur hingga Presiden Joko Widodo ketika menunjuk Komjen Budi Gunawan, ada pergulatan politik hingga membuat Budi Gunawan terpental.

Sementara untuk Tito Karnavian sendiri, sepanjang saya ikuti rekam jejaknya, ia termasuk perwira tinggi yang relatif tak mempunyai lawan di keluarga besar Polri. Dirinya selalu hormat dengan seniornya dan ngemong terhadap kolega mau pun yuniornya. Artinya, semisal nantinya dia diangkat menjadi Kapolri, maka berbagai bentuk penolakan sepertinya sangat minim. Apa lagi, pemegang penghargaan Adhi Makayasa tahun 1987 selaku lulusan AKPOL terbaik ini memang kenyang di lapangan.

Tito Karnavian, penyandang pangkat bintang tiga  termuda yang tak hanya cerdas, namun juga sudah banyak makan asam garam penugasan. Begitu pun dengan pendidikan, ia telah menempuh puluhan pendidikan dalam dan luar negeri, hasilnya mayoritas mengantongi predikat terbaik. Bila nantinya Presiden Joko Widodo menunjuknya menjadi Kapolri, menurut saya, hal tersebut merupakan suatu langkah yang sangat cerdas. Kendati mungkin akan direalisasi dua tau tiga tahun mendatang, yang pasti, posisi Kapolri tinggal selangkah lagi. Selamat bertugas Jendral ! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun