Taman baca di Desa Cukil, Tengaran, Kabupaten Semarang memang terlihat unik. Bagaimana tidak, atas inisiatif pemuda setempat, Mushulo An Nur bagian terasnya disulap untuk menyebarkan virus literasi plus mengaji. Seperti apa proses berdirinya, berikut penelusurannya.
Sudah sejak lama para pemuda di lingkungan dusun Cukil RT 06 RW 02 berkeinginan memiliki taman baca di desanya. Mereka yang sehari-hari aktif menggelar pengajian di Mushola An Nur, merasa prihatin melihat anak-anak yang rajin mengaji haus akan bacaan. Ada kemauan yang kuat agar anak-anak nantinya selain piawai mengaji, juga cerdas di bidang lainnya. Terkait hal itu, tentunya keberadaan buku bakal jadi asupan otak yang vital. Sayang, untuk mewujutkan mimpi tersebut, bukanlah pekerjaan mudah.
“Menyediakan buku-buku dalam jumlah banyak, tentunya membutuhkan dana cukup besar. Padahal, kami-kami ini hanya bekerja serabutan dengan hasil tak pasti,” kata Warno (30) mewakili rekan-rekannya, Kamis (16/2) siang.
![Disuport mahasiswa Undip akhirnya berdiri taman baca (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/16/2-58a5702c4423bd7505080fc7.jpg?t=o&v=770)
“Di luar pengajian, selama ini anak-anak muda di sini aktif berkesenian angklung buatan kami sendiri. Karena kegiatan itu sudah berjalan cukup lama, maka kami ingin melakukan sesuatu untuk adik-adik kami,” jelasnya.
![Anak muda dusun Cukil bermain angklung buatan sendiri (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/16/6-58a57066d092730e3a0c1678.jpg?t=o&v=770)
Kedatangan 10 orang mahasiswa Universitas Negeri Diponegoro (UNDIP) Semarang untuk KKN di desa Cukil, sepertinya membawa angin segar bagi perkembangan literasi di perkampungan yang berjarak 40 kilometer dari ibu kota Kabupaten Semarang ini. Pasalnya, dua orang di antaranya merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Program Perpustakaan dan Informasi.
![Begini situasi taman baca An Nur saban sore (foto; dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/16/3-58a5709ea623bd513cec4e3b.jpg?t=o&v=770)
Sempat berdiskusi dengan para mahasiswa, akhirnya disepakati bahwa teras Mushola An Nur akan dijadikan taman baca. Targetnya, literasi berjalan sedangkan mengaji juga tetap terealisasi. Maka, tanpa menunggu lebih lama segera dipersiapkan segala sesuatunya seperti pembuatan rak buku, poster bertuliskan taman baca hingga buku-bukunya. “Untuk buku, mahasiswa UNDIP menyumbang 250 eksemplar sebagai modal awal,” jelas Warno.
Begitu taman baca An Nur diresmikan, tak pelak, anak-anak menyambutnya dengan antusias. Bila sebelumnya mereka mulai berdatangan ke Mushola sekitar pukul 16.00 untuk mengaji, belakangan pukul 14.00 atau sepulang sekolah, mereka telah ngendon di teras sembari menyimak berbagai buku bacaan. Tentunya, hal tersebut sangat menggembirakan pengelolanya maupun mahasiswa yang KKN.
Kendati baru baru genap satu bulan, kata Warno, respons masyarakat di Desa Cukil juga membuat lega. Pasalnya, anak-anak yang biasanya sepulang sekolah terus main semaunya, sekarang mereka cenderung berkutat dengan beragam bacaan yang tersedia di Mushola An Nur. Tentunya, hal itu menjadi dampak positif.