[caption caption="Playboy (foto: dok kompas.com)"][/caption]
Majalah pria dewasa Playboy yang puluhan tahun selalu menampilkan foto- foto perempuan cantik dalam pose bugil, menyatakan diri menyetop eksploitasi tubuh mulus para modelnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Playboy Enterprise, Scott Flanders di harian New York Times.
Apa yang disampaikan Flanders, bukan bualan semata. Sebab, beleid tersebut telah disetujui pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Playboy, Hugh Hefner. Di mana, usulan berhenti menampilkan tubuh perempuan cantik itu, berawal dari usulan editor Cary Jones. Selanjutnya, untuk mendukung rencana ini, foto- foto perempuan telanjang yang sebelumnya melekat erat di situs webnya, belakangan dicopot guna melancarkan akses ke media sosial seperti Facebook mau pun Twitter.
Sebagaimana diungkap kompas.com, Selasa (13/10), Flanders menyebut bahwa saat ini, untuk menemukan hal- hal yang terkait seks, hanya membutuhkan sekali klik saja. Sebab, internet telah membuat ketelanjangan menjadi hal yang biasa dan majalah porno tidak lagi menguntungkan.
Pertimbangan menghentikan tampilan foto- foto vulgar kaum hawa ini, selain faktor perkembangan internet, juga adanya daya tarik inteletual bagi kaum Adam yang mengaku membeli majalah Playboy tidak sekedar untuk menyimak foto- fotonya. Mereka juga menikmati tulisan penulis top seperti Kurt Vonnegut, Joyce Carol Oates, Vladimir Nabokov, James Baldwin hingga Alex Haley.
Sepertinya kejayaan majalah Playboy yang pernah memiliki oplah 5,6 juta eksemplar di tahun 1970 an, sekarang mengalami kemerosotan tajam hingga hanya menyisakan 800 ribu ekseplar. Digulung oleh perkembangan jaman, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perkembangan majalah yang dulunya sangat digandrungi kaum pria ini.
Terbit Perdana Tahun 1953
Jaman tahun 80 an, ketika istilah internet belum diketemukan. Majalah Playboy layak disebut sebagai majalah bergengsi bagi kalangan muda perkotaan. Pasalnya, dengan foto- foto syurnya, mampu membangkitkan libido pria normal. Apa lagi, model yang dipakai selain mulus, juga bertampang cantin tanpa cela. Adalah hal yang biasa, satu majalah terus berputar dari satu tangan ke tangan yang lain. Ketika kembali ke pemiliknya, bisa dipastikan telah lecek.
Lantas, bagaimana sejarah perjalanan majalah Playboy ini ? Majalah khusus pria tersebut, edisinya perdananya terbit bulan Desember 1953 di Amerika.  Hefner selaku pendiri, sengaja tidak mencantumkan tanggal edisi pertamanya. Sebab, ia tak yakin mampu menerbitkan edisi kedua karena keterbatasan dana. Untuk mensiasati agar tidak perlu membayar model, maka Hefner membayar hak cipta foto- foto yang diambilnya dari kalender.
Foto artis Marilyn Monroe yang saat itu dikenal sebagai perempuan paling sexy, dijadikan sampul edisi perdana majalah Playboy. Hasilnya, ternyata direspon pasar. Cetakan pertama yang berjumlah 53,991 eksemplar, langsung ludes dalam tempo singkat. Maklum, Hefner menampilkan sesuatu yang baru dan majalah tersebut mampu menimbulkan khayalan bagi pembacanya.
Sukses edisi perdana ini, membuat Hefner semakin memiliki “syahwat’ untuk menerbitkan edisi- edisi selanjutnya. Beruntung, banyak pemodal yang mau diajak bekerja sama, sehingga belakangan majalah Playboy mampu mendirikan perusahaan dengan label Playboy Interprise Inc. Bisnis Playboy bak gurita, tak sekedar majalah, namun juga merambah berbagai bisnis hiburan lain seperti penerbitan, stasiun TV dan hiburan.