[caption id="attachment_418703" align="aligncenter" width="700" caption="Presiden RI Joko Widodo (Foto: dok kompas.com)"][/caption]
Ssstt ! Ternyata Presiden RI ke 7 Joko Widodo mulai mengeluh atas banyaknya mafia yang menguasai berbagai bidang pemerintahan. Keluhan mantan Gubernur DKI Jakarta itu diungkap Ketua Badan EksekutifMahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Andi Aulia Rahman, Senin (18/5) malam.
Sebagaimana ditulis kompas.com, Selasa (19/5), sebelumnya pimpinan BEM dari sejumlah perguruan tinggimenggelar pertemuan dengan Presiden. Yang mana dalam dialog tersebut, terlontar kritikan atas lambannya kinerja pemerintah saat memperbaiki perekonomian dan juga revolusi mental yang menjadi jargon kampanye menjelang pemilihan Presiden.
Menjawab kritikan para pentolan BEM perguruan tinggi itu,Joko Widodo sempat curhat selama menjadi Presiden. Menurut Andi, Presiden mengeluh bahwa saat masuk ke pemerintahan, ternyata tidak ada satu pun bidang yang tak ada mafianya. Terkait hal itu, Presiden membutuhkan waktu untuk memperbaiki semua kekacauan yang ada.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri perwakilan BEM Universitas Gajah Mada ,Universitas Padjajaran,Universitas Trisakti, Universitas Atmajaya dan Universitas Parahyangan Joko Widodo dinilai lebih mahir ketika menjelaskan cita- citanya secara garis besar. Namun, saat ditanya mengenai konsep, Presiden tak menguasainya. Demikian pula berkaitan dengan isu- isu hukum mau pun politik, mantan Walikota tersebut malah seakan enggan menanggapinya.
Tak pelak lagi, apa yang disampaikan oleh Presiden jelas menimbulkan rasa tidak puas terhadap anak- anak muda calon pemimpin bangsa tersebut. Sebab, hal- hal yang terkait masalah hukum serta politik, yang di mata mahasiswa merupakan persoalan krusial, ternyata dikesampingkan Presiden. Padahal, moment pertemuan itu sebenarnya bakal terasa istimewa bila Joko widodo mampu menjawabnya dengan detail.
Sigap Bergerak
Membaca hasil pertemuan antara Presiden dengan para pimpinan BEM ini, saya sebenarnya sangat mahfum. Sebagai sosok Kepala Negara yang mengawali kariernya dari mulai Walikota Surakarta hingga Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo saat itu memiliki sudut pandang sebatas SKPD. Paling banter, yang diketahuinya tentang mafia di berbagai lini hanya sebatas katanya.
Saat berkutat menjadi Walikota Surakarta selama dua periode, Joko Widodo bisa dikatakan tak memiliki pengetahuan yang memadai tentang sepak terjang para mafia yang terpusat di Jakarta. Ia terlalu sibuk memikirkan kemajuan Kota yang dipimpinnya. Hingga dirinya memasuki Jakarta dan menjadi orang nomor satu di ibu kota, sepertinya dia sangat sibuk blusukan. Akibatnya, berita terkait mafia yang dikeluhkannya sekedar numpang lewat.
Baru setelah terpilih menjadi Presiden RI, Joko Widodo benar- benar mengerti dengan jelas bahwa yang namanya mafia itu benar adanya. Kendati begitu, bukan berarti memberangus mafia di semua lini semudah telapak tangan. Sebab, ia harus meniti secara hati- hati atas langkah yang akan ditempuhnya. Persoalannya, kekuatan politik di Senayan belum bulat mendukungnya.
Bukan rahasia lagi, apa pun bentuk mafianya, bisa dipastikan memiliki back up politik yang mumpuni. Sementara, publik juga sangat tahu bahwa Joko widodo merupakan figur yang mempunyai kecendrungan berhati- hati dalam berurusan dengan politisi. Kehati- hatian ini sebenarnya sah adanya, namun, rakyat yang memilihnya terkadang tak sabar melihat hal itu.