Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Respon Cepat ala PT Pos Indonesia Salatiga

28 September 2016   18:00 Diperbarui: 28 September 2016   18:07 3509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Souvenir dari PT PI Kota Salatiga (foto: dok pri)

Hanya sehari setelah keluhan tentang pelayanan PT Pos Indonesia (PI) perihal pengiriman paket buku ke Cirebon, Jawa Barat, pimpinan perusahaan plat merah tersebut langsung merespon secara positif. Selain mengembalikan kerugian, juga meminta maaf atas keterlambatan pelayanan.

Seperti diketahui, Kamis (22/9) siang saya mengirim paket berupa buku dan majalah ke Robianto, pengelola Perpustakaan Jalanan (Perpusjal) serta Rumah Baca (Ruba) yang terletak di Desa Bayalangu Lor RT 12 RW 03, Gegesik, Cirebon, Jawa Barat melalui kantor PT PI di Jalan Osamaliki, Kota Salatiga (baca : begini-saja-pelayanan-pt-pos-indonesia).

Oleh karyawan PT PI yang bernama Suyanto, saya ditawari dua pilihan, menggunakan jasa paket biasa atau kilat khusus. Tarif paket biasa untuk kiriman seberat 7,4 kilogram adalah Rp 53.335 (Lima puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh lima rupiah)  nantinya akan memakan waktu 7- 10 hari. Sedangkan kilat khusus harus ditebus sebesar Rp 187.160 (seratus delapan puluh tujuh ribu seratus enam buluh rupiah), maksimal 2 hari tiba di tujuan.

Sayang, praktek di lapangan jauh berbeda. Paket yang seharusnya tiba hari sabtu (24/9) ternyata baru sampai di tujuan Senin (26/9) sore. Karena merasa geregetan, atas perjalanan buku- buku yang sangat dibutuhkan Robianto. Akhirnya, Selasa (27/9) saya konfirmasi ke kantor PT PI di jalan Osamaliki, Kota Salatiga. Usai mendapat penjelasan, siang itu juga artikel saya tayangkan di Kompasiana.

Rupanya, keluhan atas pelayanan ini disimak oleh pihak- pihak terkait. Sehingga, Rabu (28/9) sore, Samsu  Panitis selaku Kepala PT PI Kota Salatiga dengan didampingi dua orang stafnya langsung mendatangi rumah saya. Saya menduga mereka akan protes atas artikel tersebut, tentunya secara pribadi saya sangat siap menghadapinya. Sebelum memulai pembicaraan, saya menegaskan bahwa diri saya pantang meralat mau pun menghapus artikel yang telah tayang.

Dugaan saya ternyata meleset, kendati kesalahan sebenarnya terletak berada di kantor PT PI Cirebon, karena berdasarkan pelacakan paket sudah tiba di kantor tersebut hari Sabtu (24/9) siang, namun, secara ksatria Samsu menyatakan penyesalan serta meminta maaf. Ia sama sekali tidak mengajukan protes apa pun.

Pada kesempatan yang sama, Samsu menyerahkan pengembalian uang sebesar Rp 133.825 (seratus tiga puluh tiga ribu delapan ratus dua puluh lima rupiah) sebagai kelebihan pembayaran tarif paket kilat khusus. Dengan begitu, paket ke Cirebon yang memakan waktu lima hari dihitung berdasarkan tarif biasa yakni Rp Rp 53.335 (Lima puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh lima rupiah). “ Saya mewakili seluruh karyawan PT PI baik di Salatiga mau pun Cirebon sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang diberikan,” kata Samsu.

Bukti pengembalian uang (foto: dok pri)
Bukti pengembalian uang (foto: dok pri)
Koleksi Perangko Bung Karno

Hampir 1 jam kami berdiskusi, saya pun mengapresiasi atas langkah sigap PT PI yang segera merespon keluhan pelanggannya dalam tempo relatif singkat. Terlebih lagi kedatangan pihak PT PI Kota Salatiga sama sekali tidak memperlihatkan permusuhan. Akhirnya, pk 16.00 Samsu bersama stafnya berpamitan. Ada sedikit keanehan ketika akan meninggalkan rumah, sebab, di atas meja tergeletak barang bawaan yang seperti sengaja ditinggalkan.

Setelah saya pertanyakan, akhirnya Samsu menjelaskan bahwa barang yang dimasukkan dalam tas kertas adalah souvenir buat saya. Konon, artikel di Kompasiana menginspirasi PT PI untuk membenahi manajemen. Karena saya khawatir souvenir berupa uang, saya pun menolaknya mentah. “ Maaf pak, ini bukan uang atau barang lainnya. Ini hanya kemasan filateli edisi bung Karno,” ungkapnya sembari membuka bungkusan.

Koleksi perangko langka oleh- 2 PT PI Salatiga (foto: dok pri)
Koleksi perangko langka oleh- 2 PT PI Salatiga (foto: dok pri)
Ternyata apa yang diungkapkan Samsu benar adanya, selain filateli (koleksi perangko), terdapat mug dan dompet kecil. Khusus filateli, memang sangat menarik, sebab, di dalamnya terdapat perangko asli sebanyak 18 lembar. Tentunya perangko- perangko seri bung Karno ini nilainya sangat berharga, bila sekarang, sulit dinilai dengan rupiah. “ Kami mohon pak Bambang bisa lebih mengenal keberadaan kantor pos,”  jelasnya.

Ketika saya amati, koleksi perangko yang terdiri atas 14 lembar seri bung Karno dan 4 lembar seri Istana Kepresidenan memang merupakan barang yang langka sekaligus tak ternilai harganya. Meski begitu, saya tetap menekankan bahwa manajemen PT PI layak dibenahi, khususnya di bidang pelayanan. Itulah sedikit cerita perjalanan paket buku yang berujung pada turun gunungnya orang nomor satu di PT PI Kota Salatiga. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun