[caption id="attachment_397332" align="aligncenter" width="601" caption="Pasar Jetis Sekarang (Foto: BBS)"][/caption]
Akibat tak tuntasnya revitalisasi yang dilakukan investor, sedikitnya 100 pedagang kecil yang ada di Pasar Jetis Kota Salatiga dinyatakan bangkrut dan tidak mampu berdagang lagi.
Pasar Jetis yang terletak di kawasan strategis, yakni di Jalan KH Wahid Hasyim dan Imam Bonjol ini, di tahun 2008 direvitalisasi oleh pemerintah kota Salatiga. Dengan menggandeng investor CV Bhakti Muda, Ungaran, Kabupaten Semarang, rencananya Pasar akan dibangun dua lantai. Terkait hal tersebut, sekitar 150 pedagang yang ada direlokasi ke Jalan Osamaliki, samping pemakaman Andong.
Sempat terjadi perlawanan dari para pedagang, bahkan mereka juga mengajukan gugatan hukum ke pengadilan. Sayang, Kota Salatiga yang waktu itu dipimpin Walikota John Manuel Manoppo SH bersikeras tetap membangun Pasar Jetis. Angan- angan pak Walikota memang indah, bila Pasar Jetis direalisasikan menjadi lokasi berdagang bertingkat, nantinya bakal mampu mengundang konsumen.
[caption id="attachment_397334" align="aligncenter" width="533" caption="Spanduk Ajakan Untuk Belanja Di Pasar Tradisional (Foto:BBS)"]

[caption id="attachment_397335" align="aligncenter" width="533" caption="Pintu Masuk Pasar Dari Jalan KH Wahid Hasyim (Foto: BSS)"]

Angan boleh melambung tinggi, fakta yang bicara. Investor yang memiliki kemampuan keuangan terbatas, nekad membongkar Pasar Jetis yang berdiri di tahun 50 an tersebut. Pelaksanaan pembangunan yang dimulai tahun 2009, belakangan membuat nafas investor ngos- ngosan. Ibarat pertarungan di atas ring tinju, investor siap melempar handuk.
Hingga akhir tahun 2009, investor mulai kelimpungan. Saat akan mulai membangun lantai atas, brankasnya kosong. Akibatnya, bangunan mangkrak. Lucunya, kendati jelas- jelas tak mampu meneruskan proses revitalisasi, namun investor enggan melepas Pasar Jetis. Entah kesepakatan apa yang dijalin denganpemerintah kota Salatiga, yang jelas bila pembangunan diambil alih, maka investor minta kompensasi milyaran rupiah.
Pedagang Menghilang
Sembari menunggu revitalisasi, ratusan pedagang yang direlokasi ke lahan kosong di Jalan Osamaliki, sepertinya tinggal menunggu kebangkrutan. Lahan relokasi yang bersebelahan dengan pemakaman, belakangan tak mampu mengundang minat konsumen. Perlahan tapi pasti, satu demi satu para pedagang mulai beralih profesi.