Sekitar 7 bulan paska penemuan batu berundak di bukit Pajangan, Makem Dowo, Sidomulyo, Kabupaten Purworejo yang belakangan dinamakan Candi Pajangan, ternyata pesonanya mulai memudar. Kawasan yang saban hari dipenuhi ribuan orang, saat ini kembali terlihat sunyi.
Batu berundak yang berada di pinggang bukit Pajangan, muncul setelah terjadinya bencana alam longsor pada tanggal 19 Juni 2016 lalu. Di mana, usai menggerus permukaan tanah pada bukit setinggi 400 an meter tersebut, mendadak terlihat susunan bebatuan raksasa yang membentuk undakan hingga ke puncak. Berita penemuan fenomena aneh tersebut, tak pelak mengundang ribuan orang untuk melihatnya secara langsung.
![Pintu masuk lokasi yang dibuat warga (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/06/2-58983462149373eb062686f3.jpg?t=o&v=770)
Menurut Suryanto, kendati Candi Pajangan atau juga disebut Situs Pajangan telah menjadi obyek wisata tiba (dadakan) namun, karena infrastruktur pendukungnya kurang memadai, maka pengunjung kerap mengalami kesulitan menuju lokasi. “ Akses jalan ke lokasi lebarnya hanya 2,5 meter, kalau mobil berpapasan pengunjung sudah kelimpungan,” jelasnya.
Memang, apa yang diungkapkan Suryanto benar adanya. Setelah melalui jalan yang mulus, saat menuju dusun Makem Dowo, kondisi jalan cukup memperihatinkan. Lebar jalan hanya sekitar 2,5 meter, aspal yang dibuat jaman orde baru sudah mengelupas hingga berlobang- lobang. Selanjutnya, ada akses jalan berupa beton kanan kiri sampai di Candi Pajangan.
![Begini akses jalan menuju lokasi (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/06/5-589834b5f492730405bf2a2a.jpg?t=o&v=770)
Sementara itu, pihak warga yang mengelola Candi Pajangan, sebenarnya sudah cukup kreatif. Di mana, di areal wisata selain dibuat gapura bambu juga dipajang berbagai informasi mengenai penemuan batu berundak tersebut. Begitu pun beberapa larangan seperti dilarang berbuat mesum hingga membakar dupa terlihat dipasang di pintu masuk. Sepertinya, kesunyian lokasi kerap membuat orang (anak muda) tersesat oleh syahwat.
![Jembatan yang baru dibangun (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/06/6-589834e6149373f4062686e8.jpg?t=o&v=770)
Batu berundak sendiri, berdasarkan keterangan Suryanto, ditemukan warga setelah terjadinya bencana longsor di bukit Pajangan. Usai digerus oleh air hujan, belakangan nampak bebatuan berukuran raksasa yang seperti disusun rapi oleh manusia tempo dulu. Karena memang dianggap merupakan suatu keajaiban, tak pelak, hal tersebut mengundang rasa penasaran.
Ribuan orang saban hari berdatangan ke lokasi bukit setinggi 400 an meter dengan sudut kemiringan mencapai 90 derajat tersebut. Kehadiran wisatawan dadakan itu, tak urung ikut mendongkrak ekonomi masyarakat setempat. Banyak warga yang ikut mengais rejeki sebagai tukang ojek, membuka warung hingga jasa lainnya.
![Mirip candi tapi bukan candi (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/06/4-58983511157b613a3ed3e92c.png?t=o&v=770)