Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesona Candi Pajangan Purworejo Mulai Memudar

6 Februari 2017   15:36 Diperbarui: 6 Februari 2017   15:40 6798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bebatuan berundak yang mirip candi (foto: dok pri)

Sekitar 7 bulan paska penemuan batu berundak di bukit Pajangan, Makem Dowo, Sidomulyo, Kabupaten Purworejo yang belakangan dinamakan Candi Pajangan, ternyata pesonanya mulai memudar. Kawasan yang saban hari dipenuhi ribuan orang, saat ini kembali terlihat sunyi.

Batu berundak yang berada di pinggang bukit Pajangan, muncul setelah terjadinya bencana alam longsor pada tanggal 19 Juni 2016 lalu. Di mana, usai menggerus permukaan tanah pada bukit setinggi 400 an meter tersebut, mendadak terlihat susunan bebatuan raksasa yang membentuk undakan hingga ke puncak. Berita penemuan fenomena aneh tersebut, tak pelak mengundang ribuan orang untuk melihatnya secara langsung.

Pintu masuk lokasi yang dibuat warga (foto: dok pri)
Pintu masuk lokasi yang dibuat warga (foto: dok pri)
“ Sehari rata- rata bisa mencapai 3000 orang yang datang ke lokasi ini. Saking banyak orang yang melihat, jarak 1 kilometer dari sini sudah terjadi antrean,” kata Suryanto (25)  warga desa Sidomulyo yang Senin (6/2) pagi bertugas menjaga lokasi.

Menurut Suryanto, kendati Candi Pajangan atau juga disebut Situs Pajangan telah menjadi obyek wisata tiba (dadakan) namun, karena infrastruktur pendukungnya kurang memadai, maka pengunjung kerap mengalami kesulitan menuju lokasi. “ Akses jalan ke lokasi lebarnya hanya 2,5 meter, kalau mobil berpapasan pengunjung sudah kelimpungan,” jelasnya.

Memang, apa yang diungkapkan Suryanto benar adanya. Setelah melalui jalan yang mulus, saat menuju dusun Makem Dowo, kondisi jalan cukup memperihatinkan. Lebar jalan hanya sekitar 2,5 meter, aspal yang dibuat jaman orde baru sudah mengelupas hingga berlobang- lobang. Selanjutnya, ada akses jalan berupa beton kanan kiri sampai di Candi Pajangan.

Begini akses jalan menuju lokasi (foto: dok pri)
Begini akses jalan menuju lokasi (foto: dok pri)
“ Untungnya, jembatan yang dulu rusak akibat banjir sudah diperbaiki. Kalau tidak diperbaiki, masyarakat dusun Makem Dowo akan terisolir dalam jangka waktu panjang,” ujar Suryanto.

Sementara itu, pihak warga yang mengelola Candi Pajangan, sebenarnya sudah cukup kreatif. Di mana, di areal wisata selain dibuat gapura bambu juga dipajang berbagai informasi mengenai penemuan batu berundak tersebut. Begitu pun beberapa larangan seperti dilarang berbuat mesum hingga membakar dupa terlihat dipasang di pintu masuk. Sepertinya, kesunyian lokasi kerap membuat orang (anak muda) tersesat oleh syahwat.

Jembatan yang baru dibangun (foto: dok pri)
Jembatan yang baru dibangun (foto: dok pri)
Bukan Bangunan Candi                                              

Batu berundak sendiri, berdasarkan keterangan Suryanto, ditemukan warga setelah terjadinya bencana longsor di bukit Pajangan. Usai digerus oleh air hujan, belakangan nampak bebatuan berukuran raksasa yang seperti disusun rapi oleh manusia tempo dulu. Karena memang dianggap merupakan suatu keajaiban, tak pelak, hal tersebut mengundang rasa penasaran.

Ribuan orang saban hari berdatangan ke lokasi bukit setinggi 400 an meter dengan sudut kemiringan mencapai 90 derajat tersebut. Kehadiran wisatawan dadakan itu, tak urung ikut mendongkrak ekonomi masyarakat setempat. Banyak warga yang ikut mengais rejeki sebagai tukang ojek, membuka warung hingga jasa lainnya.

Mirip candi tapi bukan candi (foto: dok pri)
Mirip candi tapi bukan candi (foto: dok pri)
Berita yang beredar dari mulut ke mulut mau pun media sosial, menyebutkan bahwa batu undakan itu merupakan candi yang besarnya melebihi candi Borobudur. Akibatnya, ribuan orang yang dirundung rasa penasaran segera berdatangan. Mereka ingin tahu persis kebenaran cerita yang bertiup kencang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun