[caption id="attachment_385460" align="aligncenter" width="408" caption="Pasar Rejosari Terbakar tahun 2008 (foto: Dok P3R)"][/caption]
Paguyuban Pedagang Pasar Rejosari (P3R) Kota Salatiga, diam- diam telah mengadu ke pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas. Celakanya, pengaduan yang juga ditujukan dua stasiun TV lainnya ternyata bernasib sama. Diabaikan.
Sekretaris P3R Sutiarso, Selasa (23/12) menjelaskan, pihaknya terpaksa membuat pengaduan ke Karni Ilyas karena perjuangan para pedagang dalam menolak revitalisasi Pasar Rejosari Kota Salatiga tak mendapat dukungan dari berbagai pihak. “ Maaf- maaf kata, media sama sekali tak tertarik meliput perjuangan kami,” kata Sutiarso dengan didampingi puluhan pedagang lainnya.
Dalam surat tertanggal10 November 2014 bernomor 054/P3R/P/XI/2014 dijelaskan bahwa Pasar Rejosari dalam waktu dekat akan digusur oleh investor, yakni PT Patra Berkah Itqoni (PBI) dari Malang, Jawa Timur. Dampak Revitalisasi tersebut, pedagang dibebani biaya Rp 9 Juta/ M2 untuk Los dan Rp 13 Juta/ M2 untuk Kios. Menanggapi harga yang ditetapkan oleh Investor itu, pedagang sudah melakukan perlawanan melalui jalur pidana dan perdata.
Lebih jauh ditegaskan bahwa selama ini, pedagang yang mayotas merupakan pedagang kecil, berjuang sendirian. Di mana, keterpihakan media cetak mau pun elektronik sama sekali tidak ada. Hingga tanggal 15 Mei 2014 yang lalu. Tepatnya di Gedung GPD Kota Salatiga, salah satu perwakilan P3R telah bertemu dengan Capres PDI Perjuangan yakni Joko Widodo. Dalam kesempatan itu, Joko Widodo berjanji bila terpilih sebagai Presiden RI, maka Pasar Rejosari Kota Salatiga akan menjadi Pasar tradisional pertama yang akan dibangun melalui APBD/ APBN (baca http://politik.kompasiana.com/2014/12/07/duhsusahnya-menagih-janji-presiden-joko-wi-708960.html )
“ Kami ingin pak Karni selaku pemimpin Redaksi TV One menugaskan salah satu wartawannya ke Salatiga untuk meliput keberadaan kami,” jelas Sutiarso.
Kenapa harus ke Karni Ilyas, menurutnya, sosok Karni Ilyas di layar televisi sepertinya mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap orang- orang kecil. Untuk itu, pihaknya memiliki harapan Karni ilyas, Arya Sinulingga mau pun Putra Nababan mau peduli dengan nasib pedagang.
Menurut Sutiarso, sebelum membuat pengaduan ke Karni Ilyas, pihaknya telah membuat surat yang sama ke pemimpin Redaksi Metro TV yakni Putra Nababan. Karena diabaikan, pengaduan dibuat lagi dan dikirim ke pemimpin Redaksi RCTI Arya Sinulingga. Hasilnya ? Seperti dikomando, semuanya bergeming.
Carut marut rencana revitalisasi, lanjut Sutiarso, berawal dari ditemukannya dokumen Berita Acara Sosialisasi Tentang Kesepakatan Harga yang ditanda tangani 15 pedagang, Ketua Persatuan Pedagang, Sutikno dan pihak investor. Melihat ada tanda tangan yang dipalsukan, pihaknya segera membuat laporan pidana ke Polres Salatiga. Sayang, laporan polisi yang dibuat tahun 2013 itu, sampai sekarang tak jelas juntrungnya.
Kendati jelas- jelas diabaikan oleh para pemimpin Redaksi stasiun TV, namun Sutiarso dan ratusan pedagang lainnya tetap berharap nantinya Presiden Joko Widodo menepati janjinya semasa kampanye. Persoalannya ? “ Apa beliau masih ingat janjinya ya ?,” komentarnya lirih. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H