Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Tradisi Silaturahmi Idhul Fitri

12 Juli 2016   17:05 Diperbarui: 12 Juli 2016   17:08 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng usai sholat Ied (foto: dok pri)

Di Kabupaten Purworejo, hari Raya Idhul Fitri 1437 Hijriah, sepertinya tradisi silaturahmi tetap terjaga dengan baik. Hampir 26 kali mengikuti suasana pesta kemenangan di sini, saya pun juga larut dalam ritual yang penuh kehangatan, berikut catatannya.

Seperti pada tahun- tahun sebelumnya, sehari menjelang bulan suci Ramadhan berakhir, saya harus mengantar anak istri pulang ke kampung halamannya di Purworejo. Berpuluh tahun, kami selalu melewatkan hari Raya Idhul Fitri di sana berkumpul dengan kerabat dan keluarga lainnya. Tak ada gundah mau pun susah, semua larut dalam kebahagiaan.

Usai menjalankan sholat Id, maka mulailah ritual wajib berupa sungkem ( mencium tangan orang tua masing- masing sembari meminta maaf). Seluruh anak- anak dan cucu antre sesuai usia paling tua, sementara kedua orang tua duduk di kursi. Kami boleh sambil jongkok ketika menyalami tapi mengambil posisi sama- sama duduk juga tidak dilarang.

Setelah seluruh anak, menantu dan cucu selesai melakukan prosesi sungkem, maka dimulailah ritual silaturahmi ke tetangga mau pun kerabat terdekat. Satu demi satu rumah dikunjungi hingga melebar ke seluruh kampung. Biasanya, tokoh masyarakat setempat menjadi prioritas untuk disowani.  Karena rombongan kami berjumlah 16 orang dewasa serta 10 anak- anak,otomatis suasananya mirip pawai.

Dalam silaturahmi ke kerabat dan tetangga ini, ada kosekuensi yang harus ditanggung tuan rumah. Yakni, usai bersalam- salaman sembari bermaaf- maafan, maka tuan rumah biasanya memberikan uang pada anak- anak. Jumlahnya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000 peranak. Tetapi, bila yang dikunjungi merupakan kerabat dekat, angkanya bisa melonjak menjadi Rp 50.000 peranak.

Silaturahmi sembari lesehan (foto: dok pri)
Silaturahmi sembari lesehan (foto: dok pri)
Makanya, silaturahmi Idhul Fitri selalu membuat anak- anak bergairah. Sebab, dengan hanya bermodalkan cium tangan, mereka mampu mendapatkan angpoyang totalnya bila dikumpulkan cukup lumayan. Satu orang anak, kadang bisa mengantongi Rp 500.000 hingga Rp 700.000 dalam sehari. Tergantung orang tuanya masih kuat berjalan kaki keliling kampung atau tidak. Ibarat, hari ke satu lebaran merupakan masa panen bagi mereka.

“ Kenapa hari Raya Idhul Fitri ga setiap bulan aja ya ma ? Kalau tiap bulan kan kita enak, selalu banyak duit,” kata salah satu keponakan yang tinggal di Kerawang, Jawa Barat.

Mantra Sungkem

Dalam tradisi silaturahmi ini, biasanya garis keturunan bagi yang memiliki tali kekerabatan sangat dijunjung tinggi. Orang yang pertalian darahnya lebih tua, wajib dikunjungi. Sementara yang merasa muda, setahun sekali harus berkunjung sembari membawa istri/ suami  dan anaknya. Seperti layaknya umat muslim yang tengah merayakan hari kemenangan, maka, hampir seluruh rumah menyediakan makanan berat mau pun ringan.

Jangan mencoba tak mencicipi apa pun saat bersilaturahmi, sebab, hal tersebut akan membuat tuan rumah tersinggung. Minimal, kita harus meminum air yang disuguhkan. Kalau mau menyantap menu tetap lebaran, yakni opor ayam plus ketupat, juga tidak dilarang. Tergantung kekuatan perut masing- masing. Hanya yang biasa terjadi, tamu yang bertandang hanya menikmati makanan ringan sekadarnya. Karena kendati sedikit yang dimasukkan mulut, tapi  semisal ada 50 rumah yang dikunjungi, perut tetap juga terisi penuh.

Meja ruang tamu penuh dengan makanan (foto: dok pri)
Meja ruang tamu penuh dengan makanan (foto: dok pri)
Silaturahmi secara langsung memang sarat makna, di mana, kendati era teknologi sudah mengambil alih melalui handphone, facebook, twitterhinggaemail, namun tradisi bertemu face to face tetap terjaga dengan baik. Sebab, ketika bertandang ke rumah tetangga mau pun kerabat, ada kehangatan saat bercerita dan bercengkerama. Gampangnya, silaturahmi hari Raya idhul Fitri menghapus segala sekat sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun