Sebagai bekas kota militer di zaman pemerintahan kolonial Belanda, Salatiga memiliki banyak gedung peninggalan masa lalu yang telah berusia ratusan tahun. Salah satunya adalah Benteng Hock yang sekarang dijadikan markas Satlantas Polres setempat. Seperti apa sisa keangkuhan asrama serdadu tersebut? Berikut penelusurannya.
Seperti layaknya bangunan zaman Belanda, Benteng Hock yang terletak di Jalan Diponegoro Kota Salatiga, terkesan angkuh. Bangunan yang bagian bawahnya berupa bebatuan, memiliki pintu dan jendela yang lebar. Ketinggian pintunya berkisar 6 meter, sedangkan jendelanya 3 meter. Ada nuansa keangkeran bila berkunjung ke sini di malam hari, pasalnya di bagian belakang terdapat bunker yang dulunya dijadikan tempat tinggal personil Polres Salatiga.
![Halaman Benteng Hock yang luas (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/14/2-57d9141f9b93730e4bdd463f.jpg?t=o&v=770)
Rabu (14/9) sore, saya melongok bekas markas militer Belanda ini. Sisa-sisa keangkuhan masih terasa lekat di bangunan berusia 166 tahun tersebut. Gedung utama dijadikan tempat penjagaan, ruang SIM, ruang tilang dan ruangan perwira. Sementara di sampingnya terdapat bangunan tambahan untuk ruang kerja Kasat Lantas, begitu pun di sebelah baratnya difungsikan sebagai kantor Laka. Pada bagian samping kiri, ditemui ruangan bawah tanah semacam bunker.
![Bangunan sayap sebelah kiri (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/14/3-57d9149b52f9fda1436f84d6.jpg?t=o&v=770)
![Sayap gedung sebelah kiri, kusennya raib (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/14/4-57d914cc3cafbd5e42c1dd61.jpg?t=o&v=770)
Kesan keangkuhan Benteng Hock semakin terasa karena suasananya sangat sunyi, nyaris tak terdengar perbincangan di antara petugas. Satu-satunya yang terus bersuara adalah radio komunikasi yang berada di ruang piket. Di gedung yang termasuk cagar budaya ini, tidak ditemui literatur yang mampu menjelaskan sejarah panjangnya. Artinya, bila ingin mengetahui detail keberadaannya ya harus menyigi tempat lain.
Beruntung, di buku Inventarisasi Benda Purbakala dan Bangunan Bersejarah Kota Salatiga sejarah benteng Hock bisa dirunut. Di mana, di tahun 1700-an, Salatiga dianggap sangat strategis bagi Vereenigde Oostindische Cimpagnie (VOC) yang merupakan perusahaan dagang penjajah. Terkait hal tersebut, di tahun 1746 dibangunlah Benteng Fort De Hersteller. Konon, nama De Hersteller merupakan nama kapal yang dipergunakan Gustaaf Willem Barin van Imhoff untuk berlayar dari Belanda menuju Batavia tahun 1742.
![Jendela berukuran raksasa masih utuh (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/14/5-57d9152f5397736815214b34.jpg?t=o&v=770)
Entah dengan pertimbangan apa, belakangan keberadaan Benteng Fort De Hersteller diabaikan pihak Belanda. Memasuki tahun 1825, terjadi perang melawan Pangeran Diponegoro yang menguras dana dan mengakibatkan ribuan tentara Belanda tewas. Pasca tertangkapnya Pangeran Diponegoro yang lagendaris tersebut, rupanya bule-bule tersebut mulai berpikir pentingnya sebuah benteng baru.
![Bagian belakang Benteng Hock (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/14/7-57d916082b7a61b9446247a5.jpg?t=o&v=770)