Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lezatnya Bebek Remuk Goreng di H. Slamet

16 Februari 2016   18:31 Diperbarui: 16 Februari 2016   18:36 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(foto: bamset)"][/caption]

Kendati beberapa kali menikmati bebek goreng di Rumah Makan (RM) H. Slamet yang memang memiliki menu unggulan bebek, namun, belum pernah mencoba bebek remuk. Akhirnya, hari ini, Selasa (16/2) kesampaian juga merasakan kuliner ini disertai sambel koreknya.

Sore Pk 17.00, saat Kota Salatiga diguyur gerimis, mendadak ada telepon masuk dari seorang rekan yang mengundang untuk makan sore di RM Bebek Goreng H. Slamet yang terletak di Jalan Osamiliki. Ajakan makan yang sangat tepat waktunya, tentunya saja pantang diabaikan. Dengan dukungan jas hujan, saya segera memacu motor menuju tempat kejadian perkara (TKP) yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah.

[caption caption="(foto : bamset)"]

[/caption]

Tiba di TKP, beberapa rekan sudah menyeruput minuman jeruk panas. Mereka masih setia menunggu saya, sembari menanti pesanan. Kebetulan RM H. Slamet tak begitu ramai, sehingga kami leluasa berbincang tanpa mengganggu pengunjung lain. Saat disodori menu, saya langsung memesan paha bebek remuk goreng. Ingin tau seperti apa bentuknya.

Tidak pakai lama, hanya makan waktu sekitar lima menit, pesanan sudah terhidang di meja. Untuk nasi, disajikan menggunakan bakul yang terbuat dari anyaman bambu. Sedang sambalnya, seperti biasa, ditaruh di atas cobek. Bebek remuk yang saya pesan, meski namanya paha, namun bentuknya benar- benar remuk hingga tulangnya. Lebih mirip serpihan daging bebek yang digoreng garing.

Ketika masuk mulut, terasa perpaduan daging bebek kering dengan gurihnya bumbu yang meresap. Dipadu sambal korek, yakni kolaborasi cabe rawit, bawang dan sedikit minyak goreng. Rasanya ? Maknyus ! Bebek remuk seharga Rp 17 ribu sepotong itu, sepadan. Artinya, tidak kemahalan bagi kantong warga Salatiga. Sebab, memang sensasi kenikmatan bercampur pedasnya sambal, sangat cocok dinikmati saat gerimis mengguyur.

[caption caption="(foto: bamset)"]

[/caption]

Keberadaan RM Bebek Goreng H. Slamet di Salatiga, sebenarnya sudah ada sejak lima tahun lalu. Ketika prospeknya terlihat cerah, belakangan melebarkan sayap lagi dengan membuka cabang di Blotongan, tepatnya di batas kota. Pada jam makan, dua – duanya selalu dipadati konsumen. Maklum, selain bebeknya empuk, harganya juga berkompromi.

Dirintis Tahun 1986

Berdasarkan keterangan salah satu karyawan, RM Bebek Goreng H. Slamet, pertama kali dirintis di tahun 1986. Adalah Slamet Raharjo yang menjadi pelopornya. Warga Sedahromo Lor, Kartosuro, Kabupaten Sukorharjo tersebut, awalnya berjualan gado- gado serta kuliner lain. Karena tak begitu laku, akhirnya ia mencoba peruntungannya dengan menjajakan menu bebek goreng. Dirinya membuka warung di pinggir jalan raya Solo- Jogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun