Benteng Pendem atau dulunya bernama Benteng Fort Willem I yang terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang merupakan bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang mulai dibangun tahun 1834 dan selesai tahun 1845. Seperti apa kondisinya sekarang ? Berikut catatannya Selasa (28/2) sore.
Bangunan kuno yang dulunya jauh dari pemukiman ini, awalnya dibangun untuk kepentingan VOC. Di mana, guna mengamankan pengangkutan hasil bumi yang melimpah, perlu dukungan aparat militer. Terkait hal itu, didirikanlah sebuah benteng pertahanan guna menampung personil tentara dalam jumlah cukup besar. Letak ambarawa yang berada di tengah- tengah jalur Magelang-Semarang, dianggap strategis sebagai lokasi pengamanan.
Hampir 11 tahun, Belanda merintis pembangunan benteng yang diberi nama Benteng Fort Willem I. Tentunya, dalam proses pendiriannya melibatkan ribuan kaum pribumi yang dipaksa bekerja tanpa upah sepeser pun. Hingga tahun 1845, berdirilah benteng yang kokoh sekaligus angkuh yang tak sembarangan orang diijinkan memasukinya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri, benteng ini tercatat pernah menjadi tempat pertahanan terakhir bagi tentara Sekutu saat digempur oleh pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Kolonel Soedirman di tahun 1945. Dengan strategi supit udang, militer bule yang dilengkapi senjata canggih (waktu itu), berhasil dipukul mundur.
Kejadian berawal dari kedatangan tentara Sekutu yang didalamnya terselip pasukan NICA pada tanggal 20 Oktober 1945, mereka bermaksud mengurus tawanan perang di Jawa Tengah.Sayang, para tentara tersebut berulah sehingga menimbulkan berbagai insiden. Salah satunya menyebabkan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman yang memang menjadi prajurit kesayangan Kolonel Soedirman.
Didukung sepenuhnya oleh rakyat, akhirnya Kolonel Soedirman memutuskan memimpin sendiri serangan terhadap Sekutu dan Belanda di Ambarawa. Tanggal 11 Desember 1945, digelar rapat dengan para komandan sektor TKR serta laskar.Akhirnya diputuskan, Ambarawa bakal dikepung dari segala penjuru menggunakan taktik supit udang. Ada pun, pertempuran akan dimulai tanggal 12 Desember 1945 pk 04.30 atau sesudah Subuh ketika pasukan musuh masih terlelap.
Sebenarnya dari sisi mental, pasukan Sekutu dan Belanda sudah jatuh total. Namun karena faktor gengsi, mereka tetap bertahan. Hal inilah yang membuat Kolonel Soedirman serta TKR naik pitam. Posisi musuh dihajar terus menerus, setelah empat hari empat malam dihujani peluru, akhirnya tanggal 15 Desember 1945 tentara dunia tersebut, berhasil  dipaksa mundur ke Semarang selanjutnya pulang kandang. Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai hari jadi TNI AD.