Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Tak Bangun Lapas Narkoba di Pulau Terluar ?

16 Oktober 2015   21:51 Diperbarui: 16 Oktober 2015   22:35 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lapas Gunung Sindur senilai Rp 150 miliar (foto: dok tribunnews.com)"][/caption] Beleid pemerintah untuk mengisolasi bandar narkoba, akhirnya terealisasi dengan tuntasnya pembangunan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Nantinya, Lapas ini mampu memeram sekitar 1300 nara pidana (Napi). Pertanyaannya, efektifkah Lapas senilai Rp 150 miliar tersebut ?

Lapas Gunung Sindur dibangun melalui Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2010, di mana, lahan seluas 2,4 hektare milik Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) itu, persisnya terletak di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Karena memang diperuntukkan bagi para Bandar narkoba, maka Lapas ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Selain berstatus blank area bagi signal ponsel dan maximum security , di mana petugas yang berjaga  merupakan gabungan antara polisi dengan Kemenkumham).

Para bandit narkoba yang diperam di Lapas Gunung Sindur benar- benar akan menjalani isolasi dari dunia luar. Kendati begitu, Bandar- Bandar narkoba adalah sosok yang licin, liat dan mempunyai beribu cara untuk menerobos ketatnya penjagaan. Mereka adalah orang- orang yang dibesarkan oleh pengalaman, meski pendidikan formalnya mungkin saja terbatas, tapi seleksi alam membuat mereka sangat tangguh di dunianya .

Salah satu gembong narkoba yang mampu menerobos ketatnya penjagaan manusia adalah Freddy Budiman. Mantan copet yang sudah dijatuhi hukuman mati ini, sepertinya tak pernah mati gaya. Mulai dari lapas Cipinang hingga Nusakambangan, semua bisa ia taklukkan. Tak ada jeruji besi yang abadi bagi Freddy, dan nantinya ia bakal mendapat prioritas utama sebagai Napi yang layak menjadi penghuni Lapas Gunung Sindur (baca : fredy-budiman-pencopet-jadi-gembong-narkoba).

Ada hal yang mengusik, kenapa Lapas Narkoba yang katanya akan dijadikan rumah permanen bagi Bandar narkoba harus dibangun di pulau Jawa ? Begitu pula dengan Lapas Koruptor, kenapa juga di Lapas Sukamiskin ? Bagi Napi, diperam di mana pun, selama masih di seputar pula Jawa, rasanya tak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan. Sebab, mereka memiliki hak mendapat kunjungan (bezuk), baik dari kerabat mau pun orang lain yang dikenalnya.

Nah, interaksi dengan para pembezuk (meski tidak semuanya), akan membuka celah untuk berbuat sesuatu. Dalam konteks berbuat yang positif mungkin tak masalah, yang jadi persoalan, bagaimana bila celah tersebut dimanfaatkan guna melakukan sesuatu yang negatif ? Pengalaman Freddy Budiman, membuktikan bahwa orang- orang yang kerap berinteraksi dengan dirinya mampu ia beli.

Pulau Terluar

Konsentrasi pemerintah untuk membangun Lapas di seputaran pula Jawa, harusnya sudah mulai diubah. Apa lagi, dalam tempo yang tak lama, pihak Kemenkumham bakal kembali membangun Lapas Narkotika di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pastinya, dana yang dibutuhkan guna mendirikan lapas tersebut tidak mungkin uang recehan, nominalnya di atas Rp 100 miliar. Lantas, kenapa masih berkutat di Jawa ?

Republik ini, memiliki 17.506 buah pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sedang pulau yang masuk katagori pulau terluar, terdapat 92 pulau yang letaknya berada di perbatasan dengan negara jiran. Beberapa pulau di antaranya seperti pulau Simeulucut, Nipa, Sebetul, Lingian, Dana, Leti, Budd, Laag, dan Manuk yang berbatasan samudra Hindia.

Dari hampir 100 pulau, terdapat 12 pulau yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah, seperti pulau Rondo diujung barat laut Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD), pulau Berhala di perairan timur Sumatera Utara, pulau Nipa yang berbatasan dengan Singapura. Selanjutnya pulau Sekatung yang berhadapan langsung Laut Cina Selatan, pulau Marore di Provinsi Sulawesi Utara perbatasan Mindanau, Filipina, pula Miangas yang juga berbatasan dengan Mindanau, pulau Fani, pulau Fanildo, pulau Bras, pulau Marampit, pulau Dana dan pulau Batek yang berada di perbatasan Timor Leste.

Dari semua pulau- pulau terluar tersebut, sebenarnya sangat layak untuk dijadikan sebagai Lapas narkoba mau pun korupsi. Semisal mau yang “agak” manusiawi, ada pilihan lain yakni di pulau pulau Tambelan, kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini sudah ada penghuninya, namun jarak ke ibu kota Kabupaten mencapai 210 kilo meter. Nah, semisal pulau itu jadi pilihan, otomatis mampu membuat hidup penduduk lokal lebih bergairah. Sebab, kedatangan pembezuk, meski belum tentu sebulan sekali, bakal meningkatkan perekonomian warga setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun