Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Ribuan Kompasianer itu Bernama Roselina Tjiptadinata

20 Juli 2016   12:27 Diperbarui: 20 Juli 2016   20:20 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galih & Ratna di dunia nyata (foto: dok Opa Tjiptadinata)

Roselina Tjiptadinata, tanggal 18 Juli 2016 lalu, usianya semakin sepuh, yakni 73 tahun. Umur yang tak lagi muda, namun, semangat dan kehangatannya mendampingi mantan kekasihnya yang bernama Tjiptadinata Affendi sangat layak dipresiasi. Ia juga merupakan ibu bagi ribuan Kompasianer, berikut sedikit catatan saya.

Roselina, biasa saya sapa dengan panggilan Oma Rose, sepanjang saya ketahui bergabung di Kompasiana sejak tanggal 12 Januari 2013. Dibanding suaminya, Opa Tjip, beliau kalah produktif dalam membuat tulisan. Tetapi, untuk ukuran seorang wanita yang berusia di atas 70 tahun, reputasinya terbilang dahsyat. Rekam jejak artikelnya sebagai Kompasianer, hingga Rabu (20/7) pagi, terdiri atas 302 tulisan, 56 menyandang predikat Headline serta 250 masuk katagori Pilihan.

Artikel- artikel yang dibuat Oma Rose, sebenarnya tulisan- tulisan ringan yang sarat manfaat bagi pembacanya. Kendati begitu, dari segi tata bahasa dan caranya meramu kata, di mata saya lebih dari cukup. Bahasa yang ia gunakan bukan bahasa yang sulit dicerna, kalimat yang dirangkainya sederhana sehingga siapa pun bakal mampu memahaminya. Tak heran bila keberadaan beliau selalu menjadi inspirasi “anak- anaknya” di rumah besar Kompasiana.

Oma Rose yang  tinggal di Australia, sepertinya teramat sangat mencintai Republik ini. Demikian pula dengan Opa Tjip, meski berjarak ribuan kilometer dari Indonesia, keduanya selalu menyapa Kompasianer di tanah air. Bahkan, saya dengar, beliau- beliau ini enggan menanggalkan status WNInya. Tubuh boleh di luar negeri, namun, hati serta jiwa raganya tetap Nusantara. Dua insane yang memang istimewa (di mata saya).

Satu hal yang saya cermati di setiap tulisan Oma Rose mau pun Opa Tjip, artikel yang lahir dari tangan keduanya tak pernah bersinggungan dengan agama, suku mau pun golongan tertentu. Mereka lebih banyak menebar edukasi, kehangatan, kasih serta cinta terhadap siapa pun. Begitu besar rasa cintanya, sehingga saban tahun saat Kompasianival digelar mereka memaksa diri untuk hadir sekadar bertatap muka dengan orang- orang yang dikenalnya di dunia maya.

Bukan Galih dan Ratna

Ada sisi menarik yang terbenam pada diri Oma Rose yang mengenal panah asmara sejak bangku SMA ini. Ia yang terjerat rayuan gombal pemuda bernama Tjiptadinata Affendi, ternyata cintanya tak pernah luntur oleh waktu. Padahal, kehidupannya usai dipersunting Opa Tjip tidaklah mulus. Banyak duri serta onak yang membaluri rumah tangganya. Tapi, dirinya tetap membuktikan mampu bertahan di segala jaman.

Banyak pasangan yang menikah resmi namun tak mampu bertahan lama, penyebabnya beragam. Dari mulai perselingkuhan, hingga faktor ekonomi. Urusan ekonomi inilah yang sempat membuat rumah tangga Opa Tjip dan Oma Rose harus jatuh bangun sampai babak belur. Tapi, semuanya dilalui dengan rasa syukur  sehingga menembus angka 50 tahun perkawinan. Suatu hal yang cukup sulit.

Mengupas perjalanan hidup Opa Tjip dengan Oma Rose, ingatan saya kembali pada tahun 80 an. Saat perfilman nasional tengah menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, sebuah film remaja meledak di pasaran. Judulnya Gita Cinta dari SMA yang dibintangi  Rano Karno plus Yessi Gusman. Kisah asmara yang mengharu biru berlatar belakang cinta Galih bersama Ratna, sungguh susah dilupakan.

Bila di film besutan sutradara Arizal tersebut, akhirnya kisah asmara Galih dan Ratna kandas, tentunya bisa dimaklumi. Sebab, tuntutan skenario mengharuskan seperti itu. Lantas bagaimana bila kisah kasih Opa Tjip dengan Oma Rose disutradarai oleh Tuhan ? Kita semua mengetahui bahwa ternyata Tuhan menciptakan skenario yang terbaik buat keduanya.

Salah satu bukti bahwa Tuhan memberikan skenario terbaiknya terlihat pada tanggal 2 Januari 2015, di mana pasangan abadi tersebut merayakan pesta emas 50 tahun pernikahannya. Agak sulit membayangkan seperti apa kebahagiannya yang dirasakan Opa Tjip mau pun Oma Rose, yang pasti, apa pun bentuk pestanya, hal tersebut merupakan legitimitasi kisah asmara yang tak mengenal kosa padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun