Namanya sederhana, Sugito, usia 52 tahun, profesi tetapnya adalah tukang angkut sampah di kawasan Perumahan Dliko Indah, Blotongan, Kota Salatiga. Kendati begitu, ia memiliki predikat sampingan yakni guru dan dosen lingkungan yang dalam memberikan materi pelajarannya tak mengenal tempat serta waktu.
Rumah Sugito yang biasa disapa dengan panggilan mas Gito, terletak di Ngampel RT 03 RW 04, Blotongan, Sidorejo, Kota Salatiga. Meski berada di gang sempit , namun, kerap didatangi rombongan anak sekolah, mahasiswa, ibu- ibu PKK hingga bule asal Amerika mau pun Australia. Mereka menyambangi kediaman pria beranak dua itu tujuannya satu, yakni belajar mengelola sampah dan limbah.
Bila dosen- dosen yang mengajar di kampus mayoritas selalu tampil perlente, sebaliknya, mas Gito ketika memberikan “kuliah” selalu mengenakan seragam dinasnya berupa kaos lusuh, celana panjang yang tak kalah lecek kadang juga hanya bercelana pendek. Kendati tampil apa adanya, tapi materi yang ia sampaikan mudah dicerna. Pasalnya, dirinya menggunakan bahasa yang relatif gampang dimengerti.
“ Mau menjelaskan dengan bahasa yang ilmiah, sayanya yang bingung sendiri. Wong saya cuma lulusan S2 (maksudnya SD dan SMP),” ungkap mas Gito sembari terkekeh.
Lain kesempatan, mas Gito gantian mendapat kunjungan mahasiswa asal Australia. Keinginannya tetap sama, yakni belajar mendaur ulang sampah, membuat kompos hingga memproduksi beragam souvenir dari limbah. Masih mengenakan seragam dinasnya, bak dosen profesional, ia menjelaskan secara detail apa yang diketahuinya. Sementara mulutnya nyerocos, para mahasiswa tersebut menyimak sembari mencatat hal- hal yang dianggap penting.
Sebagai aktifis lingkungan yang berpendidikan pas- pasan, mas Gito juga kerap bergaya dalam menyampaikan materi pembelajaran. Prinsip pengelolaan sampah yang terdiri atas 3 R ( reuse, reduce dan recucle) sering ditekankan pada “murid” mau pun “mahasiswa” nya. Di mana, penjelasannya reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat berfungsi, reduce mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah serta recycle yang artinya mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang yang bermanfaat.
“ Melakukan 3 R saban hari, bisa dilakukan oleh siapa pun. Tidak peduli dengan status sosialnya, semua tergantung pada niat dan kemauannya. Dan, semua itu bisa dilakukan di mana saja, tanpa biaya dan kapan saja,” ungkapnya.
Begitu pun saat mas Gito kedatangan sekitar 40 an murid SD, tanpa ragu sedikit pun, ia memberikan edukasi tentang pentingnya lingkungan hidup dan prinsip 3 R. Tak sekedar ngoceh soal teori, dirinya langsung praktek di depan anak- anak itu, sehingga langsung mampu dicerna dengan baik. “ Teori tanpa praktek ya sama saja bohong, agar saya tidak dianggap berbohong, maka usai saya jelaskan teorinya langsung saya lakukan praktek lapangan,” jelasnya.